Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

SAUDARA TUA DARI UJUNG UTARA

SAUDARA TUA DARI UJUNG UTARA
Teater gema dari generasi ke generasi selalu melahirkan bibit-bibit yang yang dapat meneruskan karier kesenianya. Berbekal persaudaraan dan kekeluaragaan serta rasa saling memiliki diantara mereka, setiap pribadi yang meningsi UKM tersebut memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Loyal atau Setia dengan keadaan apapun yang terjadi dalam tubuh teater gema meskipun susah atau senang tetap dijalani bersama. berani berkorban waktu, materi, fikiran tanpa mementingkan ego nya masing-masing.
Setiap kelompok atau organisasi apapun itu namanya sebenarnya adalah sebuah benda mati, sedangkan rohnya adalah orang-orang yang mengisi di dalamya. Begitupun teater gema setiap anggota yang adalah roh yang menghidupkan hingga masih tetap eksis sampai sekarang ini. Meskipun ada anggota yang perannya jarang terlihat dalam penglihatan kaca mata umum, namun sebenarnya memiliki peran besar di dalamnya. Seperti M. Rif’an atau sering dipanggil dengan sebutan klepon. Tak banyak yang tahu jika ia adalah salah satu anggota penting teater gema, karena dalam event yang sring diselenggarakan teater gema ia banyak berperan di belakang layar. Pria yang sempat mengambil jurusan bahasa inggris itu pindah kejurusan pendidikan bahasa Indonesia karena kecintaanya terhadap sastra. Bergabung bersama teater gema sejak tiga tahun yang lalu ketika masih menempuh studi bahasa inggris.
Pria asal jepara tersebut memilih Teater Gema sebagai organisasi ekstra kampus karena ia ingin memperdalam pengetahuan di bidang seni lebih dalam lagi. Mengembangkan bakat keteateran bersama-sama dengan rasa persaudaraan.
Sesama anggota memanggil satu dengan yang lain adalah saudara, tak terkecuali klepon sebagai salah satu saudara Teater Gema, karena lebih dulu menjadi saudara UKM yang memiliki sanggar d PKM lantai bawah, ia menjadi saudara tua dari ujung utara (Jepara), bagi adik-adiknya yang baru menapakkan kaki di dunia teater. Pria berumur 22 tahun itu memag jarang tampil diatas panggung namun berkat loyalitas dan dedikasinya ia dipercaya memegang perananan penting setiap event yang dsi adakan Teater Gema, maupun sebagai pengurus harian UKM bersimbol huruf G tersebut. Seperti yang ungkapkannya (4/7) ketika ditemui di sanggar, ia mengungkapkan,” mugkin banyak tak banyak yang tahu bahwa saya adalah anggota teater gema, karena memang peran saya yang banyak membantu di belakang layar. Namun hal itu tidak lantas membuat saya kecil hati untuk tetap berkarya. Karena kesenian teater tidak kerja ndividu tanpa ada persiapan teknis dan non teknis, namun kerja kolosal yang membutuhkan kesiapan di panggung dan di belakang panggung. Ketika saya harus bertugas membantu di belakang panggung, sebisa mungkin amanah tersebut saya lakukan dengan penuh bangga dan rasa tanggung jawab. Karena kesuksesan sebuah pementasan tidak serta merta hanya kesuksesan pemain yang ada di pnggung saja, melainkan keberhasilan dalam mempersiapkanya supaya melengkapi.
Pria yang akrab di panggil Klepon tersebut dalam keseharianya juga bertugas sebagai coordinator perpustakkaan kecil Bra, yang berada di dalam sanggar teater gema. semua urusan yang berkaitan dengan peminjamaan buku menjadi tanggung jawabnya. Selain sebagai aktifis dalam dunia teater ia juga memepunyai pekerjaan sambian sebagai penjaga warnet di Medoho untuk menunjang biaya perkuliahan sekarang ini yang semakin menggila.
Selama brgabung dengan teater Gema pria berambut hitam bergelombang tersebut pernah ikut mementaskan naskah lakon yang pernah di gelar oleh teater gema. Dan yang paling berkesan baginya adalah pementasan yang berjudul Leng. ia memaparkan.” Dari beberapa pementasan yang pernah saya ikuti mulai petama kali saya bergabung hingga sekarang ini, leng adalah pentas yang paling berkesan, sebab pentas itu dipersiapkan selama enam bulan. Sayaaktu antara kerja dan latihan harus membagi w, setelah seharian bekerja malamnya harus latihan secara intens selama hampir kurang lebih enam bulan. Saya harus benar-benar menjaga kondisi tubuh agar tetap fit. Saya tidak ingin mengecewakan mereka dengan alasan capek, saya pun tak mau mendapapatkan amukan dari atasan saya karena saya terlambat masuk kerja setelah semalam latihan. Leng adalah pementasan yang tak akan pernah saya lupakan, karena dari itu saya bisa membagi waktu dan tenaga mati-matian untuk tetap berkarya.
Saya berharap ketika ada yang melakukan proses penggarapan, lakukanlah dengan penuh disiplin dan taggung jawab, karena belum tentu orang yang ada disekitar kita mempunyai waktu kesempatan, dan tenaga yang sama untuk berproses, karena dengan kesadaran dari masing-masing idividu bisa memotivasi saudara yang lain untuk berproses,:tandasnya.
Pria yang khas dengan logat jepara tersebut setidaknya telah memberikan contoh yang bisa ditiru. Sebagai salah satu saudara tua dari ujung utara kota kelahiran Rartini, ia bisa menjadi gambaran sebuah perjuangan untuk tetap berkarya. Tak ada alasan untuknya mengeluh, menjalani sebuah proses. Melakukan semua tugas yang diembanya dilakukan dengan penuh disiplin dan rasa tanggung jawab. (Arifin Oce)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar