Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

TEATER GEMA

TEATER GEMA

TINGKATKAN SDM, TUMBUHKAN REGENERASI

Ada hal yang berbeda dari teater gema belakangan ini, setelah sukses menggelar pentas bersama dengan komutitas teater sabili dari STSI Bandung dengan tema ‘’Jabat Erat Teater’’. Selang empat hari UKM bersimbol huruf G itu mengadakan pelatihan peningkatan SDM bagi anggotanya sendiri, hal ini dimaksudkan untuk memperdalam pengetahuan yang lebih mendalam dari unsur kesenian teater, pelatihanya lebih spesifik pada bidang tertentu setiap anggota hanya diperbolehkan mengikuti salah satu bidang dari beberapa bidang yang di latihkan, agar kemampuan yang didapat lebih spesifik dari pelatihan job disk yang diikuti. lebih dari itu pelatihan ini bertujuan untuk proses regenerasi dalam tubuh teater gema, biar bagaimanapun juga anggota mudalah yang akan meneruskan tonggak perjuangan UKM mempunyai sanggar d Pkm lantai dasar itu. Pelatihan diikuti oleh sebagian besar anggotanya sendiri dilaksanakan di rumah Ibrahim, minggu(26/6) Mranggen, Demak. Dari bidang yang dilatihkan antara lain keaktoran, jurnalistik, penyutradaraan, aritstik panggung, kepenulisan, make up+kostum dan menejemen.

Pemateri yang didatangkan untuk mengisi materi kebanyakan dari senior UKM yang mempunyai slogan ‘’perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata’’ itu sendiri, seperti Turrohmad S.pd yang mengisi bidang keaktoran. M. zaeny S.pd yang akrab dipanggil dengan sebutan Jessy itu melatih menejemen produksi, sedangkan khoiri abdillah S.pd yang juga ketua teater Nawiji memegang pelatihan penyutradaraan. Selain tu ada juga pemateri yang didatangkan dari luar dan sudah erat dengan anak-anak gema sendiri seperti kang bowo yang mengisi materi pelatihan artistik panggug, muhajir selaku dosen kepenulisan IKIP PGRI Semarang memberikan pengarahan kepenulisan.

Pelatihan seperti ini memang baru kali pertama diadakan oleh Teater Gema dengan pelatihan seperti ini setiap saudara teater gema diharapkan bisa lebih intensif mendalami setiap unsur job disk dalam pengelolaan dan persiapan sebuah pementasan, sekaligus pembekalan pengelolaan jangka panjang bagi teatert gema. Ungkap: Ibrahim Bra selaku ketua teater gema. Selain itu, tambahnya: dari kegiatan ini SDM mereka bisa lebih meningkat dalam hal kesenian teater dan kelak mereka ketika menjadi penerus kami yang sudah semester matang, mereka bisa lebih professional dan produktif.

Proses regenerasi memang penting Karena keberhasilan setiap kelompok tidak hanya berhasil satu generasi saja namun juga berhasil menumbuhkan bibit-bibit baru yang bisa meneruskan langkah-langkah kedepan. Teater gema selaku UKM kesenian dari kampus keguruan IKIP PGRI Semarang mempersiapkan para anngotanya untuk menjadikan generasi yang mumpuni, Untuk meraih pencapaian yang baik tentunya juga dilakukan persiapan dengan baik pula. berfikir dari hal itu kami ingin mempersiapkan amunisi yang lebih dahsat lagi untuk perjalanan teater gema mendatang.

Dari beberapa peserta pelatihan, try sudaryono yang mengikuti pelatihan penyudtradaraan mengungkapkan: saya berterima kasih pada ketua teater gema yang mengadakan kegiatan seperti ini, kegiatan ini seperti worksob yang kedua. bedanya jika worksob dulu saya diberikan pembekalan materi dasar serta sebagai sarat awal untuk menjadi anggota teater gema, sedangkan dari kegiatan ini saya lebih fokus mendalami bidang penyutradaraan lebih jauh lagi, sekaligus mempraktikkan materi yang telah saya dapat dengan pementasan yang saya sutradarai sendiri. Jujur baru kali pertama ini saya dalam pementasan bertindak sebagai seorang sutradara, berbagai perasaan bercampur dalam benak saya. Namun saya bangga dengan apa yang telah saya pentasakan meski ada beberapa hal yang perlu dibenahi. Dan saya berharap akan bisa menjadi sutradara yang cerdas dan kreatif dan menjadi penerus teater gema yang mumpuni, seperti para senior –senior saya.

Pelatihan peningkatan SDM para anggota teater gema mendapatkan banyak apresiasi dari banyak pihak, terlebih dari kalangan pesertanya sendiri yang juga sauadra di UKM teater Gema. Dengan agenda semacam ini mereka punya gambaran dan pegangan jika kelak estafet teater gema dibebankan dipundak mereka.(Arifin Oce)

Teatergemasaksikan paradeTeater ISI Surakarta

Teatergemasaksikan paradeTeater ISI Surakarta
KetuaTeaterGemabersamapararombonganyayang berjumlahenam orang berangkatbersamadenganTeaterLingkarsemarang,mendatangi parade teater yang diselenggarakanoleh ISI SurakartapadaSelasa (5/7). Merekaberkumpuldi depangedung PKM IKIP PGRI semarangsebelumahirnyaberangkatke Surakarta pukul 14:00.
Parade teaterdiselenggarakanoleh ISI Surakarta dalamrangkamemperingati Dies Nataliskampuskesenian Surakarta tersebut. dansebagaiperayaanmenjelangakandibukanyajurusanteater yang akandiresmikandalamwaktudekatini. Selainitukgiatantersebutbertujuanuntukmerekatkanantarmahasiswakampus-kmpuskesenian yang ada di indoneseia. Parade diramaikanolehkomunitasseniperguruantinggiterkemuka di Indonesia seperti IKJ Jakarta, ISI Jogjakarta, STSI bandung, ISI Surakarta, STKW Surabaya, ISI Padang panjangdanAkademiKesenian Riau.Dilaksanakanselamaempathari, mulaihariMingguhinggapuncaknyaditutuppadahariRabu.
Ada duapementasan yang disaksikanolehTeaterGemadalam parade teaterdihariselasa. Yang pertamadariISI padangpanjangdenganjudul ”dhemit” karya: HeruKesaaMuktidengansutradara : Susandro. Sedangkandari STKW Surabaya mementaskannaskahlakondengan“judulBiolaTanpa Kata”.
Setelahmenyaksikanduapementasantersebut, Ibrahim Bra mengungkapkan, sayabersukurbisamenyaksikanpementasaninikarenawaktuperjalansayadanteman-teman yang lain,memburuwaktu agar bisasampaidisinitepatwaktu, untukbisamelihatperfomeanak-anak STKW padangpanjangdan STKW Surabaya, daripementasaninisayabisamenambahkazanahilmu yang sayamiliki, diataspanggungmerekabisa total dalamberactingsehinggadapatmembuatalurceritamenjadilancardanmenarik.
Hal serupajuga di tuturkanolehKhoiriAbdillahyang jugaketuaTeaterNawiji, iamengatakan, : ”sayamelihatpementasaninidisajikandenganlancar, sehinggakonsep yang ingindisampaikanolehsutradarakeluarsemua di ataspanggung”.
Merekapulangdari solo setelahpementasantersebutusaipukul 22:00, pagelaran yang di adakanoleh ISI Surakarta tersebutsetidaknyamemberikaninspirasibagimerekauntukberkarya. Karenateaterbukansesuatuyngmudah,melainkanadasebuahkajian yang harusmemlikibanyakreferensididalamnya.SetelahmenyaksikanpementasantersebutTeaterGemamemilikireferensibaruuntukditerapakanpadakarya-karya yang akandigarapolehmereka. (ArifinOce)

SAUDARA TUA DARI UJUNG UTARA

SAUDARA TUA DARI UJUNG UTARA
Teater gema dari generasi ke generasi selalu melahirkan bibit-bibit yang yang dapat meneruskan karier kesenianya. Berbekal persaudaraan dan kekeluaragaan serta rasa saling memiliki diantara mereka, setiap pribadi yang meningsi UKM tersebut memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi. Loyal atau Setia dengan keadaan apapun yang terjadi dalam tubuh teater gema meskipun susah atau senang tetap dijalani bersama. berani berkorban waktu, materi, fikiran tanpa mementingkan ego nya masing-masing.
Setiap kelompok atau organisasi apapun itu namanya sebenarnya adalah sebuah benda mati, sedangkan rohnya adalah orang-orang yang mengisi di dalamya. Begitupun teater gema setiap anggota yang adalah roh yang menghidupkan hingga masih tetap eksis sampai sekarang ini. Meskipun ada anggota yang perannya jarang terlihat dalam penglihatan kaca mata umum, namun sebenarnya memiliki peran besar di dalamnya. Seperti M. Rif’an atau sering dipanggil dengan sebutan klepon. Tak banyak yang tahu jika ia adalah salah satu anggota penting teater gema, karena dalam event yang sring diselenggarakan teater gema ia banyak berperan di belakang layar. Pria yang sempat mengambil jurusan bahasa inggris itu pindah kejurusan pendidikan bahasa Indonesia karena kecintaanya terhadap sastra. Bergabung bersama teater gema sejak tiga tahun yang lalu ketika masih menempuh studi bahasa inggris.
Pria asal jepara tersebut memilih Teater Gema sebagai organisasi ekstra kampus karena ia ingin memperdalam pengetahuan di bidang seni lebih dalam lagi. Mengembangkan bakat keteateran bersama-sama dengan rasa persaudaraan.
Sesama anggota memanggil satu dengan yang lain adalah saudara, tak terkecuali klepon sebagai salah satu saudara Teater Gema, karena lebih dulu menjadi saudara UKM yang memiliki sanggar d PKM lantai bawah, ia menjadi saudara tua dari ujung utara (Jepara), bagi adik-adiknya yang baru menapakkan kaki di dunia teater. Pria berumur 22 tahun itu memag jarang tampil diatas panggung namun berkat loyalitas dan dedikasinya ia dipercaya memegang perananan penting setiap event yang dsi adakan Teater Gema, maupun sebagai pengurus harian UKM bersimbol huruf G tersebut. Seperti yang ungkapkannya (4/7) ketika ditemui di sanggar, ia mengungkapkan,” mugkin banyak tak banyak yang tahu bahwa saya adalah anggota teater gema, karena memang peran saya yang banyak membantu di belakang layar. Namun hal itu tidak lantas membuat saya kecil hati untuk tetap berkarya. Karena kesenian teater tidak kerja ndividu tanpa ada persiapan teknis dan non teknis, namun kerja kolosal yang membutuhkan kesiapan di panggung dan di belakang panggung. Ketika saya harus bertugas membantu di belakang panggung, sebisa mungkin amanah tersebut saya lakukan dengan penuh bangga dan rasa tanggung jawab. Karena kesuksesan sebuah pementasan tidak serta merta hanya kesuksesan pemain yang ada di pnggung saja, melainkan keberhasilan dalam mempersiapkanya supaya melengkapi.
Pria yang akrab di panggil Klepon tersebut dalam keseharianya juga bertugas sebagai coordinator perpustakkaan kecil Bra, yang berada di dalam sanggar teater gema. semua urusan yang berkaitan dengan peminjamaan buku menjadi tanggung jawabnya. Selain sebagai aktifis dalam dunia teater ia juga memepunyai pekerjaan sambian sebagai penjaga warnet di Medoho untuk menunjang biaya perkuliahan sekarang ini yang semakin menggila.
Selama brgabung dengan teater Gema pria berambut hitam bergelombang tersebut pernah ikut mementaskan naskah lakon yang pernah di gelar oleh teater gema. Dan yang paling berkesan baginya adalah pementasan yang berjudul Leng. ia memaparkan.” Dari beberapa pementasan yang pernah saya ikuti mulai petama kali saya bergabung hingga sekarang ini, leng adalah pentas yang paling berkesan, sebab pentas itu dipersiapkan selama enam bulan. Sayaaktu antara kerja dan latihan harus membagi w, setelah seharian bekerja malamnya harus latihan secara intens selama hampir kurang lebih enam bulan. Saya harus benar-benar menjaga kondisi tubuh agar tetap fit. Saya tidak ingin mengecewakan mereka dengan alasan capek, saya pun tak mau mendapapatkan amukan dari atasan saya karena saya terlambat masuk kerja setelah semalam latihan. Leng adalah pementasan yang tak akan pernah saya lupakan, karena dari itu saya bisa membagi waktu dan tenaga mati-matian untuk tetap berkarya.
Saya berharap ketika ada yang melakukan proses penggarapan, lakukanlah dengan penuh disiplin dan taggung jawab, karena belum tentu orang yang ada disekitar kita mempunyai waktu kesempatan, dan tenaga yang sama untuk berproses, karena dengan kesadaran dari masing-masing idividu bisa memotivasi saudara yang lain untuk berproses,:tandasnya.
Pria yang khas dengan logat jepara tersebut setidaknya telah memberikan contoh yang bisa ditiru. Sebagai salah satu saudara tua dari ujung utara kota kelahiran Rartini, ia bisa menjadi gambaran sebuah perjuangan untuk tetap berkarya. Tak ada alasan untuknya mengeluh, menjalani sebuah proses. Melakukan semua tugas yang diembanya dilakukan dengan penuh disiplin dan rasa tanggung jawab. (Arifin Oce)

Teater Sebagai Organisasi Dan Perbedaan Teater Dengan Drama

Teater Sebagai Organisasi Dan Perbedaan Teater Dengan Drama

Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain).

Berikut ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi.



- Pimpinan Produksi
- Sekretaris Produksi
- Keungan Produksi / Bendahara
- Urusan Dokumentasi
- Urusan Publikasi
- Urusan Pendanaan
- Urusan Ticketing atau karcis
- Urusan Kesejahteraan
- Urusan Perlengkapan

- Sutradara
- Art Director / Pimpinan Artistik
- Stage Manager
- Property Master
- Penata Cahaya
- Penata Kostum
- Penata setting
- Perias / Make Uper
- Penata Cahaya
- Penata Musik
Setiap Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai Contoh seorang Urusan Pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari

BEBERAPA PENGERTIAN
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).
ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara Etimologi (asal kata), Teater Adalah Gedung Pertunjukan (auditorium).
Dalam arti luas Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang dipertunjukan di depan orang banyak. Misalnya Wayang Orang, Ludruk, Lenong, Reog, Sulapan.
Dalam arti sempit Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.
APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunani kuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.
ARIFIN OCE


PANBES Harus Banyak koreksi Kesalahan Saat Gladi

PANBES Harus Banyak koreksi Kesalahan Saat Gladi
Halaman Gedung Utama dan parkiran Gedung C IKP PGRI Semarang, dijadikan tempat gladi bersih oleh mahasiswa jurusan PBSI semester 4 dan PGSD semester 2, pada minggu, (17/7), untuk persiapan pencataan rekor MURI yang akan dilakukan pada hari rabo besok. Panitia Besar (PANBES) yang bertanggung jawab atas acara tersebut telah memepersiapkan segala sesuatunya saat pra maupun pelaksanaanya. Namun banyak peserta yang merasa kecewa karena jadwal acara yang molor.
“kami mendapatkan sosialisasi acara akan dimulai pukul 09:00 tepat, namun sampai pukul 1O:00 acara belum juga dimulai, seharusnya pantia mengevaluasi kesalahan seperti ini agar saat pelaksanaan rekor MURI besok tidak terjadi kesalahan seperti ini lagi. Saya tahu tugas PANBES itu berat, namun acara ini bisa berjalan lancar ketika PANBES bisa meminimalkan kemungkinan kesalahan yang akan terjadi. Kemudian saya melihat persiapanya pun juga kurang. Akan lebih baik jika persiapan sebelumnya sudah benar-benar clear, agar waktu pelaksanaan tidak ada miss komunicasion.” Ujar Ratno mahasiswa PGSD kelas 2B.
Sementara Teguh Satrio dosen pengampu mata kuliah drama, mengevaluasi semua kelompok peserta yang pentas setelah gladi bersih usai, ia mengatakan, “tadi banyak kelompok yang tidak konsentrasi saat pentas, ada beberapa kelompok malah berdialog sendiri ketika pentas dimulai, saya mengharapkan, besok ketika pelaksanaan pencatatan rekor MURI, tidak ada satu kelompok pun yang melakukan kesalahaan. Lalu ketika pentas baru dimulai, dan semar mulai masuk panggung, bagong, gareng dan petruk duduk atau jongkok terlebih dahulu diluar panggung, agar ada pembeda antara semar yang sudah pentas dan bagong, gareng dan petruk yang belum masuk serta pentas, mengingat panggung yang digunakan tidak terlalu lebar.”
Sedangkan Ainun Nadiroh mahasiswa PBSI dari kelas 4C mengungkapkan keluhanya saat gladi bersih, ia menjelaskan, PANBES sebagai penangugung jawab pelaksanaan harus bisa banyak mengkoreksi dari kesalahan dan kekurangan pentas gladi bersih ini, mengingat acara besok rabo, akan kedatangan tamu dari luar, seperti media masa dan stasiun televisi lokal akan meliput acara ini, pentas ini membawa nama almamater, jadi baik dan buruknya akan bergantung saat pentas pelaksanan besok. Mungkin PANBES lebih bisa mempersiapkan kembali agar waktu pelaksanaan berjalan lancar. (Arifin Oce)

Menapak Tilas, Pentas “LENG”

Menapak Tilas, Pentas “LENG”
Dalam catatan sejarahnya, Teater Gema pernah menggarap naskah lakon yang berujudul “Leng” karya Bambang Widodo SP, dengan sutrdara Ibrahim Bra. Naskah “Leng” merupakan salah satu garapan yang pernah di pentaskan oleh teater gema ketika mendapat giliran pentas dari FOTKAS (Forum Teater Kampus Semarang). Dalam proses penggarapanya “Leng” di persiapkan selama hampir kurang lebih enam bulan untuk siap di pentaskan. “Leng” disajikan di dua tempat yang berbeda, yang pertama di gedung Taman Budaya Raden Saleh pada 29 November 2010, yang kedua di pentaskan di Auditorium Gedung Pusat lantai 7 IKIP PGRI Semarang pada 2 Desember 2010.
Para pemain dalam proses penggarapanya harus berjuang untuk bisa menampilkan yang terbaik. Karena latihan dalam proses penggarapan teater, tidak hanya membutuhkan waktu yang singkat, melainkan harus dilakukan dengan tlaten dan penuh kesabaran. Selain itu penonton yang akan datang tidak hanya dari linggkungan kampus tempat mereka bernaung saja, namun para seniman-seniman kampus kota semarang juga turut serta menyaksikan perform dari Teater Gema tersebut.
Naskah lakon yang mengangkat tema tentang keaadaan desa yang terkena dampak indusri pabrik tersebut, menyimpan banyak cerita bagi para crew maupun pemainya, seperti yang diungkapkan Danang, Minggu (4/7/2011) pemeran Pak Rebo dalam pementasan “Leng” ini mengungkapkan, sebelumnya saya sudah pernah tahu alur cerita naskah tersebut, timbul keinginana untuk memerankan salah satu tokoh dalam naskah tersebut. Ketika saya mendapatkan tawaran untuk menjadi pemeran “Pak Rebo saya sangat senang dan bangga karena bisa menjadi salah satu bagian dari pementasan tersebut. seperti pepatah “pucuk dicinta ulam pun tiba, disaat saya menginginkanya ada yang menawari.
Dari pentas tersebut saya mendapatkan hal baru yang belum pernah dari saya dapat dari pentas-pentas sebelumnya. Pria asal Purwodadi itu menambahkan, “saya merasa tertantang untuk memerankan tokoh “Pak Rebo”. bagaimana tidak? Saya harus memerankan karakter pak rebo yang sudah tua dengan vocal suara yang harus pas dengan usia Pak Rebo yang sudah lanjut”.
Berbagai perasaan mewarnai proses penggarapanya, “saya senang karena bisa menyigkirkan ego saya ketika latihan, tandasnya, jujur baru pertama kali ini saya main teater di sutradarai oleh orang yang lebih muda dari saya, serta pemain yang paling tua diantara pemain-pemain yang lain. Bisa dikatakan saya menjadi kakak bagi adek-adek yang baru menapakkan kaki di dunia teater, paling tidak harus bisa memeperlihatkan rasa tanggung jawab, kedisiplinan, maupun Menyikapi permasalahan yang terjadi dengan lebih bijak”.
Gbr. Pak Rebo dan Mbok Senik dalam suasana pentas “Leng”.
Pria yang menempuh program study S2 dibidang fisika tersebut menambahkan, Susah senang ada idalamya, mulai awal pertama kali memegang naskah hingga puncaknya ketika pentas. Susah karena banyak pemain yang kurang disiplin waktu latihan, pemain lain harus menunggu berjam-jam hanya untuk menunggu satu pemain yang belum datang. Rasa tidak mood sering menghinggapi proses penggarapan, sebab saat latihan ada pemain yang datang dan ada pemain yang tidak datang. Teater tidak kerja individu namun kerja tim yang butuh kekompakan dan kebersamaan seluruh elemen. “Terkadang saya merasa sedih ketika ada yang menyepelekan sesuatu, meskipun kelihatanya sepele, sedikit banyak juga akan berimbas pada proses latihan”.
“Senangnya“, lanjutnya, “saya menemukan hal baru disini, bermain dengan naskah lakon yang dialognya secara keseluruhan menggunakan bahasa jawa. Kebanyakan naskah-naskah teater tidak memakai bahasa khas orang jawa tersebut. Harapan saya semoga adik-adik saya bisa belajar dari apa yang telah terjadi disekiling kita, karena di sekeliling kita banyak hal yang dapat di pelajari, belajar dari proses leng ini saya ingin adik-adik saya agar lebih serius, semanagat dan tidak putus asa dalam berproses, tetap mengembangkan kreatifitas dan berimajinasi untuk tetap berkarya”.
Menapak tilas pentas “Leng” yang dipentaskan oleh Teater Gema IKIP PGRI Semarang banyak pelajaran yang bisa diambil, baik baik pembaca pada umumnya maupun yang masih aktif dalam dunia keteaterean, meskipun “Leng” sudah dipentaskan hampir satu tahun silam, pamphlet yang digunakan untuk sosialisasi, masih terpampang jelas disanggar Teater Gema. Hal itu menandakan apresiasi para awak teater gema yang mau menghargai hasil jerih payah para pendahulunya. Tak hanya pamphlet dari pentas “Leng” saja yang tertempel jelas, berbagai pentas yang telah diselenggarakan oleh Teater Gema diabadikan dengan gamgar-gambar pamphlet yang tertata di dinding sanggar UKM yang punya agenda Festifal Drama Pelajar tiap tahun itu.(Arifin Oce)

Membedah Pentas STSI Bandung

Membedah Pentas STSI Bandung
Semarang,: beberapa hari yang lalu teater gema kedatangan tamu dari ujung barat yang juga sama-sama berkecimpung di dunia kesenian teater, mereka adalah komunitas teater sabili dari STSI Bandung yang memngemban misi pentas kelling di tiga kota berbeda di jawa tengah, tidak tanggung-tanggung mereka membawa 24 personil untuk mendukung pentas keliling mereka, semarang menjadi kota ketiga setelah purworejo dan solo. Teater Gema selaku tuan rumah meyambut kedatangan mereka dengan senang hati dan memfasilitasi kebutuhan mereka selama singgah di Semarang tepatnya di kampus IKIP PGRI Semarang yang menjadi tempat bernaung Teater Gema. Selain sebagai tuan rumah Teater Gema juga menampilkan pementasan lawak teater di hari yang sama.
Dari pentas bersama tersebut Teater Gema memberikan tema ’’Jabat Erat Teater’’. Pentas yang dilakukan pada hari jum’at (24/6) di Auditorium Gedung Pusat lantai 7 itu menyodot banyak pengunjung untuk menyaksikanya. Komunitas Teater Sabili mementaskan naskah lakon yang berjudul canybalogi pukul (15:30) sedangkan Teater Gema mementaskan naskah lakon yang berjudul ronda #2 pada pukul (18:00).
Ada hal yang menarik dari pementasan yang di tampilkan oleh anak anak-anak STSI Bndung, dari segi setting panggung, keaktoran maupun segi penyutradaraanya. Seperti yang diunggkapkan try sudaryono salah satu awak Teater Gema ketika diwawancarai, ia mengungkapkan:. Setelah pementasan ‘’Jabat Erat Teater’’ saya mengikuti pelatihan SDM yang diselenggarakan oleh teater gema, dalam pelatihan tersebut pematerinya yaitu mas Dillah sedikit membedah pentas dari pentas anak-anak bandung, salah satunya segi keaktoran, beliau mengatakan,: setiap aktor dari pemetasan canibalogy yang masuk ke panggung menampilkan kreatifitasya masing-masing kita bisa lihat, setiap aktor muncul dengan kreatifitasnya sehingga membuat penonton selalu memperhatikan setiap pemain, meskipun pemain itu hanya bermain sebagai peran figuran saja. Seperti simbok yang hanya muncul beberapa menit saja, tapi dengan kreatifitas pemainnya, peran simbok menjadi lebih terlihat dan mendapat perhatian penonton dengan nyanyian bengawan solonya yang merdu.
Adalagi, Tambahnya: tentara muncul ke panggung dengan gaya yang lucu dan berbeda dari kenyataan tentara-tentara pada umumya, hal itu merupakan wujud kratifitas pemain ketika muncul pertama ke panggung, membuat penonnton menperhatikan pada pemain yang baru masuk dan membuat pementasan tersebut lebih asik dan menarik untuk disaksikan. Saya menemukan dari jumlah pemain yang begitu banyak, setiap pemain mampu menampilkan kreatifitasnya masing-masing sehingga penonton tidak mecuekkan pemain yang masuk ke panggung, bentuk kreatifitasnya yang ditampilkan bermacam-macam. Ada yang dengan menggunakan kostum yang berbeda, logat yang unik seperti komandan belanda yang berkarakter bencong, ada juga suara hewan. Jika kita melihat naskahnya pasti tidak akan menemukan yang semacam itu karena hal itu merupakan bentuk kreatifitas setiap pemain.
Kemudian penyudraanya,tandasnya: sang sutradara mampu mengemas pementasan dengan pemain yang jumlahnya banyak dengan setting yang berbeda, menjadi sebuah pemantasan menarik, misalnya sutradara mampu memberikan dua karakter berbeda pada satu pemain, sesuatu yang jarang kita temui dalam pementasan-pementasan teater. Dengan naskah realis dengan plot ceritanya berkaitan dengan sejarah, sutradara mampu menampilkan setting yang pas, Sehingga peralihan setting mulai keadaan yang masih berbentuk kerajaan kemudian masa penjajahan dan setting setelah kemerdekaan bisa ditampilkan dengan pas.
Mengenai make up + kostum pemainnya pun sederhana namun sesuai dengan karakter yang dimainkan, sutradara memberikan kostum pada pemain seperti baju sepak bola pada peran penjajah. Pemain yang berperan sebagai penjajah dalam pementasan tersebut semuanya menggunakan kaos sepak bola belanda, sesuai dengan sejarah nusantara ini yang mempunyai catatan kelam atas penjajahan belanda.
Artistik panggung yang digunakan tidak terlalu banyak hal mungkin karena jarak tempuh dari Bandung ke jawa tengah yang sangat jauh, pasti mereka membawa peralatan artisik seminim mungkin namun tetap sesuai dengan tema yang dimainkan.
Kebanyakan para pemain teater mempunyai permasalahan pada olah vocal namun setelah melihat pementasan yang ditampilkan oleh komunitas teater sabili ternyata mereka dapat mengatasinya degan baik, vocal setiap pemain bisa terdengar sampai ke belakang penonton, tandasnya:.
Dari wawancara tersebut sedikit banyak membedah pementasan yang ditampilkan anak-anak STSI Bandung tersebut, mahasiswa yang rata-rata jurusan teater itu setidaknya memberi warna pada pada pementasanya lebih menarik dam asik untuk dilihat. Mereka meninggalkan semarang setelah melihat pentas lawak teater dari Teater Gema dan jabat erat bersama Teater Gema. (Arifin Oce)

Melihat Sosok linda Wijayanti Sebagai ketua Gema dan Festival

Melihat Sosok linda Wijayanti Sebagai ketua Gema dan Festival
Sosok linda Wijayanti memang patut untuk diapersiasi dalam keikut sertaanya menjadi salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Gema IKIP PGRI Semarang. Dalam sejarah perjalanan Teater Gema, ia pernah mengisi posisi ketua periode 2009/2010 dan ketua Festival Drama Pelajar SMA/SMK sederajat Tingkat Jawa Tengah tahun 2011. Ia memanjangkan daftar nama sejarah ketua teater gema, yang sekarang diabadikan lewat poster yang menghiasi dinding sanggar Gema yang terletak di PKM lantai dasar. Meskipun seorang wanita, ia mau dan mampu menjalakan posisi central tersebut dengan penuh loyalitas, dedikasi dan tanggung jawab.
Memang dalam tubuh Teater Gema tak ada perbedaan antara junior maupun senior, semua adalah saudara. Namun secara struktural alumni MAN Kendal tersebut, berperan menjadi komando utama perjalanan teater gema selama satu tahun. Baik dari segi teknis maupun non teknis, dan semua hal yang berkaitan dengan Teater Gema.
Linda W mantan ketua Teater Gema 2009/2010 dan ketua FDPJT 2011.
”Memang beban menjadi ketua itu tidak ringan, apalagi Teater Gema, sebagai salah satu UKM terbesar dikampus IKIP PGRI Semarang. Namun saya merasakan semua menjadi lebih ringan jika dijalani dengan senang hati dan penuh kesadaran. Apalagi diantara saudara Teater Gema selalau cinta. Semua permasalahan tidak saya tangani sendiri. Karena saya tidak sendirian disini. Hal itu yang membuat saya, dengan dibantu saudara yang lain, menjalankan amanah secara maksimal hingga ahir periode.” Ujar linda ketika ditemui di sanggar, jum’at (15/7).
lebih lanjut Linda Wijayanti mengatakan,menjadi ketua umum Gema dan ketua panitia festival, sebenarnya tidak ada bedanya, sama-sama membutuhkan loyalitas dan dedikasi setiap anggota. Tak ada yang sulit jika kordinasi dan persiapanya direncanakan sejak dini. Karena itulah yang terpenting dalam setiap kegiatan apapun. Namun jika disuruh membedakan mana yang paling berat, antara ketua Teater Gema dengan ketua panitia festival, menurut saya ketua Festivallah yang terasa sedikit lebih berat. Karena dalam pelaksanaaya panitia harus berhadapan langsung dengan fihak luar, seperti opening, closing, teknisi, peserta, juri, sumber pendanaan, maupunun hubungan dengan lembaga. Dan yang terpenting adalah LPJ setelah festival usai. Disamping itu tenaga panitia terkuras habis dalam waktu seminggu pelaksanaan festival. Jadi saya berharap jika saudara yang lain menjadi ketua bfestival, sekitar Lima bulan sebelumnya harus sudah punya persiapan dan gambaran tentang konsep acara. Jika tidak ingin ketika acara festival itu rancu.”
“Saya katakan menjadi ketua festival sedikit lebih berat,lanjutnya; bukan berarti menjadi ketua Gema itu ringan, ketua Teater Gema pun sebenarnya juga tidak mudah. Dalam satu periode harus selalu merapatkan barisan serta menjalin rasa selalu ada cinta diantara para anggota yang lain agar dedikasi dan loyalitas setiap anggota tetap terjaga dengan baik. Hal itulah yang menjadi pondasi yang membuat teater gema eksis sampai sekarang ini. Jika hal itu sudah keropos, maka Gema layaknya sebuah bom waktu yang setiap saat bisa meledak dan hancur berkeping-keping. Secara structural ketua Gema dibantu oleh tiap PJ atau seksi yang bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing. Jadi Itu yang saya maksudkan ketua Gema sedikit lebih ringan”Tegasnya.
Ketika ditanya tentang perbandingan antara periode sekarang dengan era ketika ia menjdi ketua, mahasiswa bahasa Inggris tersebut menjelaskan, sekarang Teater Gema menjadi lebih baik dibandingkan era saya dulu. Arsip, dokumen maupun surat-surat administrasi, diarsipkan dengan baik. Sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan bisa langsung ditemukan. Selain itu sekarang juga diadakan pelatihan bagi tiap anggota untuk lebih memperdalam bidang yang ingin ditekuni, melalui pelatihan SDM. Hal ini menunjukkan keseriusan ketua yang sekarang untuk menciptakan proses regenerasi agar melahirkan bibit-bibit yang berkwalitas untuk memeruskan perjuangan Gema di masa yang akan datang.
Namun Ada hal lain yang kurang diperhatikan dari periode sekarang ini. Tentang rapat pelaksanaan program kerja selama satu tahun yang semestinya harus disampaikan, belum juga dilaksanakan. Hal itu semestinya perlu ketika sudah dilantik menjadi ketua. Menyampaikan program kerja satu tahun, agar setiap anggota tahu program yang akan dilakukan pada setiap bulanya.
Priyoritas dalam perencanaan program kerja juga perlu. Seperti dalam satu tahun ingin mengadakan 12 agenda. 12 agenda tersebut yang menjadi prioritas, jika ditengah jalan ada tambahan kegiatan, diikutkan tidak apa-apa malah akan lebih baik. Jadi konsep selama satu tahun itu jelas. Dari setiap kegiatan inti maupun tambahan bisa dipersiapkan dengan matang. (Arifin Oce)
Lima Belas Menit Pertama Kunci Sukses Pementasan Teater

Dalam sebuah pementasan teater, alur cerita atau plot yang ada pada pementasanya tidak berjalan langsung dari awal hingga ahir tanpa adanya jeda. Akan tetapi pementasan yang disajikan diatas panggung terbagi menjadi beberapa segmen. Setiap segmenya memepunyai beberapa dialog antar pemain yang membangun bagian dari alur cerita. setiap segmen akan saling berkaitan dan membentuk certia yang utuh. sama halnya sebuah buku, tersusun menjadi beberapa bab didalamnya yang menjelaskan kajian dari bagian buku. Sehingga keterkaitan antar bab akan menjelaskan satu pokok pembahasan.
lima belas menit di segmen yang pertama adalah kunci keberhasilan pementasan teater, jika diawal-awal pementasan penonton sudah merasa tertarik untuk menyaksikanya maka seterusnya penonton akan terus menikmati sajian hingga ahir pertunjukan.
“Awal sajian sebuah pementasan menjadi sangat penting dalam teater. Karena ketika penikmat pementasan, dalam hal ini penonton, sudah ada ketertarikan saat awal kali melihat pementasan dimulai. Maka di lima belas menit awal tersebut, di benak orang yang menonton teater akan terpatri gambaran tentang jalan cerita yang sedang dikmati. ketertarikan itu akan terus bertambah sehingga menjadikan penonton penasaran. sehingga penonton tetap ingin menyaksikan pementasan hingga ahir. Seperti awal mulanya diawali dengan keterkaitan antara ilustrasi music atau ligting dengan dialog. jika dialog dan ilustrasinya sesuai, akan menciptakan keadaan yang sinkron. penontonpun akan setia melihat pertunjukan tersebut dengan khidmad hingga pementasan usai.” Kata Ibrahim Bra.
Awal pertunjukan memang sangat penting, bukan berarti tengah dan ahirnya tidak penting, sehingga tidak mempengaruhi sebuah pertunjukan. Eding pun terkadang juga sangat penting karena ahir cerita merupakan ahir dari peleraian konflik. Semua berperan penting baik awal, tengah maupun ending. Namun awal kali pertunjukan pada umumnya menunjukkan gambaran selanjutnya.
Teater merupakan pertunjukan langsung, antara pemain dengan penonton yang menyaksikasan bisa melihat langsung dialog, ekspresi maupun unsure teater lainya. Juga tak ada kata ulang jika sudah dimulai. Jika pada babak pertama dimulai sudah bisa mencuri start lebih dulu. Dengan membuat penonton merasa penasaran, maka bisa dipastikan pementasan tersebut sukses. Sukses karena penonton sebagai penikmat adalah sasaran utama pertunjukan tersebut. Bisa tersampaikan Maksud dan tujuan dengan bahasa verbal maupun simbol-simbol yang ditampilkan diatas panggung. lewat gebrakan awal kali pertama pementasan itu dimulai.***ARIFIN OCE***