Halaman

Jumat, 23 Desember 2011

Membedah Pentas STSI Bandung

Membedah Pentas STSI Bandung
Semarang,: beberapa hari yang lalu teater gema kedatangan tamu dari ujung barat yang juga sama-sama berkecimpung di dunia kesenian teater, mereka adalah komunitas teater sabili dari STSI Bandung yang memngemban misi pentas kelling di tiga kota berbeda di jawa tengah, tidak tanggung-tanggung mereka membawa 24 personil untuk mendukung pentas keliling mereka, semarang menjadi kota ketiga setelah purworejo dan solo. Teater Gema selaku tuan rumah meyambut kedatangan mereka dengan senang hati dan memfasilitasi kebutuhan mereka selama singgah di Semarang tepatnya di kampus IKIP PGRI Semarang yang menjadi tempat bernaung Teater Gema. Selain sebagai tuan rumah Teater Gema juga menampilkan pementasan lawak teater di hari yang sama.
Dari pentas bersama tersebut Teater Gema memberikan tema ’’Jabat Erat Teater’’. Pentas yang dilakukan pada hari jum’at (24/6) di Auditorium Gedung Pusat lantai 7 itu menyodot banyak pengunjung untuk menyaksikanya. Komunitas Teater Sabili mementaskan naskah lakon yang berjudul canybalogi pukul (15:30) sedangkan Teater Gema mementaskan naskah lakon yang berjudul ronda #2 pada pukul (18:00).
Ada hal yang menarik dari pementasan yang di tampilkan oleh anak anak-anak STSI Bndung, dari segi setting panggung, keaktoran maupun segi penyutradaraanya. Seperti yang diunggkapkan try sudaryono salah satu awak Teater Gema ketika diwawancarai, ia mengungkapkan:. Setelah pementasan ‘’Jabat Erat Teater’’ saya mengikuti pelatihan SDM yang diselenggarakan oleh teater gema, dalam pelatihan tersebut pematerinya yaitu mas Dillah sedikit membedah pentas dari pentas anak-anak bandung, salah satunya segi keaktoran, beliau mengatakan,: setiap aktor dari pemetasan canibalogy yang masuk ke panggung menampilkan kreatifitasya masing-masing kita bisa lihat, setiap aktor muncul dengan kreatifitasnya sehingga membuat penonton selalu memperhatikan setiap pemain, meskipun pemain itu hanya bermain sebagai peran figuran saja. Seperti simbok yang hanya muncul beberapa menit saja, tapi dengan kreatifitas pemainnya, peran simbok menjadi lebih terlihat dan mendapat perhatian penonton dengan nyanyian bengawan solonya yang merdu.
Adalagi, Tambahnya: tentara muncul ke panggung dengan gaya yang lucu dan berbeda dari kenyataan tentara-tentara pada umumya, hal itu merupakan wujud kratifitas pemain ketika muncul pertama ke panggung, membuat penonnton menperhatikan pada pemain yang baru masuk dan membuat pementasan tersebut lebih asik dan menarik untuk disaksikan. Saya menemukan dari jumlah pemain yang begitu banyak, setiap pemain mampu menampilkan kreatifitasnya masing-masing sehingga penonton tidak mecuekkan pemain yang masuk ke panggung, bentuk kreatifitasnya yang ditampilkan bermacam-macam. Ada yang dengan menggunakan kostum yang berbeda, logat yang unik seperti komandan belanda yang berkarakter bencong, ada juga suara hewan. Jika kita melihat naskahnya pasti tidak akan menemukan yang semacam itu karena hal itu merupakan bentuk kreatifitas setiap pemain.
Kemudian penyudraanya,tandasnya: sang sutradara mampu mengemas pementasan dengan pemain yang jumlahnya banyak dengan setting yang berbeda, menjadi sebuah pemantasan menarik, misalnya sutradara mampu memberikan dua karakter berbeda pada satu pemain, sesuatu yang jarang kita temui dalam pementasan-pementasan teater. Dengan naskah realis dengan plot ceritanya berkaitan dengan sejarah, sutradara mampu menampilkan setting yang pas, Sehingga peralihan setting mulai keadaan yang masih berbentuk kerajaan kemudian masa penjajahan dan setting setelah kemerdekaan bisa ditampilkan dengan pas.
Mengenai make up + kostum pemainnya pun sederhana namun sesuai dengan karakter yang dimainkan, sutradara memberikan kostum pada pemain seperti baju sepak bola pada peran penjajah. Pemain yang berperan sebagai penjajah dalam pementasan tersebut semuanya menggunakan kaos sepak bola belanda, sesuai dengan sejarah nusantara ini yang mempunyai catatan kelam atas penjajahan belanda.
Artistik panggung yang digunakan tidak terlalu banyak hal mungkin karena jarak tempuh dari Bandung ke jawa tengah yang sangat jauh, pasti mereka membawa peralatan artisik seminim mungkin namun tetap sesuai dengan tema yang dimainkan.
Kebanyakan para pemain teater mempunyai permasalahan pada olah vocal namun setelah melihat pementasan yang ditampilkan oleh komunitas teater sabili ternyata mereka dapat mengatasinya degan baik, vocal setiap pemain bisa terdengar sampai ke belakang penonton, tandasnya:.
Dari wawancara tersebut sedikit banyak membedah pementasan yang ditampilkan anak-anak STSI Bandung tersebut, mahasiswa yang rata-rata jurusan teater itu setidaknya memberi warna pada pada pementasanya lebih menarik dam asik untuk dilihat. Mereka meninggalkan semarang setelah melihat pentas lawak teater dari Teater Gema dan jabat erat bersama Teater Gema. (Arifin Oce)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar