AL
KISAH
SANDAL
DAN PECI
Suatu
malam, saat semua
penghuni rumah
sudah terlelap.
Sandal jepit yang berada di luar rumah
menggigil kedinginan.Tak
pernah sekalipun
ia diajak masuk
oleh si empunya.
Dengan tubuh kotor
penuh debu, kadang
lumpur, ia selalu
dibiarkan tergeletak di depan.
Rupanya, keluhan itu
sempat di dengar oleh
Peci yang tergantung di paku di dinding
ruang tamu.
Melihat rekannya
yang berada diluar, Peci
hanya tersenyum
penuh kemenangan
dan pura-pura
tertidur tak
mempedulikan Sandal Jepit yang mulaimenangis.
Dalambatinnya,
Sandal berkata, sungguh enak
menjadi Peci.Ia
selalu ditempatkan
diatas, dipakai atau
tidak, tak pernah
ia berada
dibawah. Lain halnya dengan
dirinya, dipakai terinjak-injak, tak
dipakai tetap
tersingkir di pojokkan, di tanah
atau di lantai
dingin. Setiap kali hendak digunakan,
tuan pemilik selalu
membersihkan Peci, tak
satu pun
debudibiarkan hinggap, dan
sepulang diajak
pergi, kembali dibersihkan
dan diletakkan
kembali ke tempat
yang lebih terhormat, jika
tidak diatas
lemari, di dalam
lemari, diatas buffet, paling rendah
tergantung di dinding. Berbeda dengan
nasib Sandal Jepit, dipakai tak
pernah di
bersihkan, sepulangny asemakin
tak dipedulikan
sekoto rapapun, mulai
dari debu, sampai
kotoran dengan aroma bau yang ta
ksedap.
Kalaupun
diajak pergi, Sandal tak
pernah ketempat yang
bersih, kepasar, kekebun, lapangan, atau
ke toilet, Jelas
saja, tuan pemilik
akan lebih
memilih sepatu
atau sandal kulit
untuk ke Mall, ke
pesta, atau ke
tempat-tempat yang memang bukan
tempatnya Sandal berada disana.
Tapi, Sandal jugadipakai jika
tuan pemilikh
endak ke Masjid. Entah
ini penghormatan
atausebaliknya buat Sandal Jepit
karena jika nanti
di Masjid iaharus berpindah kaki dengan
orang lain alias hilang, toh tuan
pemilik hanya
berpikir, ”Untung cuma Sandal
Jepit”. Sedangkan Peci, selalu
dipakai ketempat
kondangan, bahkan para
pemimpin negeri, pejabat-pejabat
penting Negara
ini waji
bmenggunakan Peci
saat pelantikan
dan acara-acara
resmi, acara kehormatan
kenegaraan.
Peci
hamper tak pernah
dipinjamkan kepadatuan
yang lain, karena biasanya
masing-masing sudah
memiliki. Tapi Sandal, sekalipun ada
beberapa, tak pernah
ia diberikan
kehormatan untuk
mengabdi pada
satu tuannya
saja. Ia bias
dipakai tuan
istri, tua nanak, atau
juga pembantu. Tidak
jarang, ia dipinjam
kan juga
ketetangga, atau teman,
tuan dan anak. Kalau
pun using dan
berubah warna, Peci
biasanya tak
pernah dibuang.Disimpan
dalam kardus di gudang
dengan rapih, atau paling mungkin
diberikan kepada
anak-anak yatim
atau siapa saja
yang membutuhkannya.
Intinya, masihbernila ipaska
guna.Sandal Jepit?Jelek sedikit
diganti, apalagi kalau
sudahputus talinya, tidak
adatempat yang paling pas kecuali tong sampah.Terkadang, ia
juga harus
merasakan kepedihan
jika tubuhnya
harus dipotong-potong
untuk pengganti rem blong, atau
dibuat ban mobil-mobilan mainan
anak-anak.
Tapi Sandal tetap
menyadari status dan perannya
sebagai Sandal yang akan
selalu terinjak-injak, kotor, dan
tak pernah
diatas. Sandal tak pernah
iri dengan peran
peci.Terlebih saat
tuan pemilik
berhadapan dengan
Tuhannya, dan ditanya; “Mana
dari dua barang
milikmu yang paling
seringkaugunakan, paling bermanfaat, Sandal Jepit
atau Peci, yang akan
kau bawa
bersamamu kesurga?” Dengan
mantap tuan
pemilik menyebut Sandal Jepit
jauh lebih
memberikan manfaat
baginya.
***
Saudaraku, tak
penting apa status, peran
dan fungsi Anda
di duniaini, karena Allah, Rasul dan
manusia beriman
tak melihat Anda
dari pakaian yang dikenakan, jabatan
yang tersemat, dan kehormatan yang
disandang, tapi seberapa
bermanfaatnya Anda
bagi orang lain dengan status dan peran
Anda tersebut.
Rasulullah SAW
bersabda, "Khairunnaasanfa’uhumlinnaas", "Sebaik-baik
manusia diantaramu
adalah yang paling banyak
manfaatnya bagi orang lain."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dan
Kahlil
Gibran dalam bukunya
yang berjudul Taman
Sang Nabi juga
mengatakan
bahwa, di pepohonan, buah
tak
pernah
berkata
kepada
akar ; " jadilah
seperti
aku, yang masak
dan
ranum
ini, dan
memberikan
kelimpahan
hasilnya." Sebab
bagi
buah, member
adalah
kebutuhannya, sedang
bagi sang akar, menerima
adalah
kebutuhannya.
Jika
demikian, bukan hal
penting untuk
mempertanyakan status dan jabatan
penting apa yang
akan kita sandang
saat ini dan
nanti, tetapi yang terpenting adalah
mempertanyakan, seberapa bias
kita berbuat baik
dan bermanfaat
bagi banyak orang.
Oleh :
Uzlifatul Aprillyana ( Uzli/ Lya )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar