Halaman

Minggu, 13 Januari 2013

SANDAL DAN PECI

AL KISAH
SANDAL DAN PECI


Suatu malam, saat semua penghuni rumah sudah terlelap. Sandal jepit yang berada di luar rumah menggigil kedinginan.Tak pernah sekalipun ia diajak masuk oleh si empunya. Dengan tubuh kotor penuh debu, kadang lumpur, ia selalu dibiarkan tergeletak di depan. Rupanya, keluhan itu sempat di dengar oleh Peci yang tergantung di paku di dinding ruang tamu. Melihat rekannya yang berada diluar, Peci hanya tersenyum penuh kemenangan dan pura-pura tertidur tak mempedulikan Sandal Jepit yang mulaimenangis.
Dalambatinnya, Sandal berkata, sungguh enak menjadi Peci.Ia selalu ditempatkan diatas, dipakai atau tidak, tak pernah ia berada dibawah. Lain halnya dengan dirinya, dipakai terinjak-injak, tak dipakai tetap tersingkir di pojokkan, di tanah atau di lantai dingin. Setiap kali hendak digunakan, tuan pemilik selalu membersihkan Peci, tak satu pun debudibiarkan hinggap, dan sepulang diajak pergi, kembali dibersihkan dan diletakkan kembali ke tempat yang lebih terhormat, jika tidak diatas lemari, di dalam lemari, diatas buffet, paling rendah tergantung di dinding. Berbeda dengan nasib Sandal Jepit, dipakai tak pernah di bersihkan, sepulangny asemakin tak dipedulikan sekoto rapapun, mulai dari debu, sampai kotoran dengan aroma bau yang ta ksedap.
Kalaupun diajak pergi, Sandal tak pernah ketempat yang bersih, kepasar, kekebun, lapangan, atau ke toilet, Jelas saja, tuan pemilik akan lebih memilih sepatu atau sandal kulit untuk ke Mall, ke pesta, atau ke tempat-tempat yang memang bukan tempatnya Sandal berada disana. Tapi, Sandal jugadipakai jika tuan pemilikh endak ke Masjid. Entah ini penghormatan atausebaliknya buat Sandal Jepit karena jika nanti di Masjid iaharus berpindah kaki dengan orang lain alias hilang, toh tuan pemilik hanya berpikir, ”Untung cuma Sandal Jepit”. Sedangkan Peci, selalu dipakai ketempat kondangan, bahkan para pemimpin negeri, pejabat-pejabat penting Negara ini waji bmenggunakan Peci saat pelantikan dan acara-acara resmi, acara kehormatan kenegaraan.
Peci hamper tak pernah dipinjamkan kepadatuan yang lain, karena biasanya masing-masing sudah memiliki. Tapi Sandal, sekalipun ada beberapa, tak pernah ia diberikan kehormatan untuk mengabdi pada satu tuannya saja. Ia bias dipakai tuan istri, tua nanak, atau juga pembantu. Tidak jarang, ia dipinjam kan juga ketetangga, atau teman, tuan dan anak. Kalau pun using dan berubah warna, Peci biasanya tak pernah dibuang.Disimpan dalam kardus di gudang dengan rapih, atau paling mungkin diberikan kepada anak-anak yatim atau siapa saja yang membutuhkannya. Intinya, masihbernila ipaska guna.Sandal Jepit?Jelek sedikit diganti, apalagi kalau sudahputus talinya, tidak adatempat yang paling pas kecuali tong sampah.Terkadang, ia juga harus merasakan kepedihan jika tubuhnya harus dipotong-potong untuk pengganti rem blong, atau dibuat ban mobil-mobilan mainan anak-anak.
Tapi Sandal tetap menyadari status dan perannya sebagai Sandal yang akan selalu terinjak-injak, kotor, dan tak pernah diatas. Sandal tak pernah iri dengan peran peci.Terlebih saat tuan pemilik berhadapan dengan Tuhannya, dan ditanya; “Mana dari dua barang milikmu yang paling seringkaugunakan, paling bermanfaat, Sandal Jepit atau Peci, yang akan kau bawa bersamamu kesurga?” Dengan mantap tuan pemilik menyebut Sandal Jepit jauh lebih memberikan manfaat baginya.
***
Saudaraku, tak penting apa status, peran dan fungsi Anda di duniaini, karena Allah, Rasul dan manusia beriman tak melihat Anda dari pakaian yang dikenakan, jabatan yang tersemat, dan kehormatan yang disandang, tapi seberapa bermanfaatnya Anda bagi orang lain dengan status dan peran Anda tersebut.
Rasulullah SAW bersabda, "Khairunnaasanfa’uhumlinnaas", "Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan Kahlil Gibran dalam bukunya yang berjudul Taman Sang Nabi juga mengatakan bahwa, di pepohonan, buah tak pernah berkata kepada akar ; " jadilah seperti aku, yang masak dan ranum ini, dan memberikan kelimpahan hasilnya." Sebab bagi buah, member adalah kebutuhannya, sedang bagi sang akar, menerima adalah kebutuhannya.
Jika demikian, bukan hal penting untuk mempertanyakan status dan jabatan penting apa yang akan kita sandang saat ini dan nanti, tetapi yang terpenting adalah mempertanyakan, seberapa bias kita berbuat baik dan bermanfaat bagi banyak orang.
Oleh : Uzlifatul Aprillyana ( Uzli/ Lya )








Tidak ada komentar:

Posting Komentar