PAIKEM SEBAGAI SALAH SATU
STRATEGI MEWUJUDKAN PROFESIONALISME GURU
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Citra dan martabat guru sebagai tenaga profesional di masyarakat
telah diupayakan oleh pemerintah. Pengakuan terhadap jabatan guru sebagai
jabatan profesional telah dituangkan dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun
2008. Salah satu bentuk nyata pengakuan profesi guru adalah dengan
diterbitkannya sertifikat pendidik yang menyatakan seseorang telah LULUS
sertifikasi guru dalam jabatan dan dinyatakan sebagai GURU PROFESIONAL.
Sertifikasi guru bukan semata-mata untuk mendapatkan tunjangan
profesi, tetapi mengandung konsekuensi adanya pemenuhan kemampuan yang
dituntut. Pengakuan terhadap profesionalisme guru pada hakikatnya adalah untuk
menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan
dalam standar kompetensi guru. Seorang guru yang telah tersertifikasi,
diasumsikan telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi selaku tenaga pendidik.
Kompetensi yang dimaksudkan adalah kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial
dan profesional.
Isu yang berkembang dan menjadi sorotan masyarakat adalah bahwa
kualifikasi guru sebagai tenaga profesional sulit dipertanggungjawabkan dalam
jangka waktu yang panjang. Bukti sertifikasi hanya menunjukkan keadaan kualitas
sumber daya guru pada saat diadakan uji sertifikasi. Pengakuan terhadap
profesionalisme guru semestinya menjadi langkah awal untuk selalu meningkatan
kompetensi guru sepanjang masa. Untuk mewujudkan upaya peningkatan kompetensi
guru, diperlukan kemauan diri dan komitmen secara terus-menerus.
Predikat profesional bagi seorang guru erat kaitannya dengan
proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya selalu
mengupayakan optimalisasi ketercapaian hasil belajar. Penggunaan model
pembelajaran konvensional telah diakui tidak dapat memberikan suasana belajar
yang menarik. Pembelajaran cenderung terpusat pada kegiatan guru. Guru dituntut
untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke
seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran
ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga
efektif namun tetap menyenangkan. Belakangan ditambahkan unsur inovatif di dalamnya, sehingga terdapat
istilah PAIKEM yaitu singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan.
B. Permasalahan
Permasalahan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah apakah
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dapat dijadikan
alternatif untuk meningkatkan profesionalsme guru?.
BAB II. PEMBAHASAN
A. Profesi dan Profesionalisme
Guru
Dikemukakan oleh Vollmer & Mills (dalam Slameto 2010), profesi
menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang
sesungguhnya tidak ada di dalam kenyataan atau tidak pernah akan tercapai, akan
tetapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa diperoleh, bila
pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi secara utuh. Istilah profesional
sering diartikan sebagai suatu sifat yang ditampilkan oleh seorang yang
menyandang suatu profesi. Implikasinya dikaitkan dengan kebutuhan hidupnya.
Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional diartikan sebagai pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan
yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu
atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang berarti sifat
profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau
kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar
ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu.
Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status
dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan
praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik
melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang
dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya
peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar,
pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dalam kerangka pembinaan
profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial. Pembinaan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.
Syarat Suatu Profesi
1. Melibatkan kegiatan intelektual.
2. Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang
khusus.
3. Memerlukan persiapan profesional yang alami
dan bukan sekedar latihan.
4. Memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
5. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen.
6. Mementingkan layanan di atas keuntungan
pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal
ini adalah kode etik.
Guru profesional memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan
belajar yang produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu
pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik
tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang
dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai
instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.
B. Pembelajaran PAIKEM
Ide tentang pembelajaran PAIKEM berawal dari kenyataan bahwa salah
satu unsur penentu ketercapaian hasil belajar dari suatu sistem pendidikan
adalah proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan
lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Di sisi
lain, hasil belajar pada pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik.
Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang
dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari
kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Perkembangan ide-ide tentang pembelajaran dan perkembangan
teknologi (baik hardware atau software) yang sangat pesat berpengaruh terhadap perubahan budaya
belajar. Aktivitas pembelajaran jadi berbeda. Pola pembelajaran konvensional
telah bergeser dari teacher oriented
ke student oriented. Media yang digunakan menjadi lebih
luas dan tidak lagi terbatas hanya pada guru atau pendidik saja, tapi segala
hal yang dapat mengantarkan atau memuat pesan pembelajaran bisa
disebut sebagai media pembelajaran. Karena pada tahap ini, pengajaran
sudah beralih menjadi pembelajaran.
Suatu konsep
(misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan dan kebersihan) yang
dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep
tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipahami karena
tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata.
Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peragaan, dan
sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih
mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat
konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak terlibat dalam pengalaman langsung
dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi
tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak menemukan sendiri makna dari
penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan
benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain,
siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan
prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan ketua kelas
yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut
memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif
tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946) menunjukkan
macam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan
hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan.
Pembelajaran yang bergantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca)
mengandung tingkat keabstrakan paling tinggi dan pengalaman langsung yang
membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep memiliki tingkat
kekongkritan yang paling tinggi.
Bagan berikut menggambarkan
tingkat keterlibatan siswa dan tingkat pemahaman yang diperoleh dalam
pembelajaran.
Pesan dari bagan Edgar Dale
tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai
berikut:
•
saya dengar,
saya lupa
•
saya lihat, saya
ingat
•
saya kerjakan,
saya pahami
Selanjutnya Melvin L Silberman, penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung
juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan
mengatakan:
• saya dengar, saya lupa.
• saya dengar dan lihat, saya ingat.
• saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain,
saya mulai pahami
• Dari yang saya dengarkan, lihat, bahas, dan terapkan, saya
dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
• Dari yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Sesuai dengan
huruf-huruf penyusun istilah PAIKEM, pembelajaran PAIKEM adalah salah satu
contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
Aktif
Belajar merupakan proses aktif dari pembelajar dalam merangkai
pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat didalam proses
belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme
merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini
secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Dalam proses pembelajaran guru
harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya,
mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktekkan konsep yang
dipelajari, dan berkreasi. Belajar merupakan proses aktif dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat
belajar.
Inovatif
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation
yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya
diartikan sebagai penemuan (Effendi
Sanusi A. 2009). Inovasi
adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu
yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan
tertentu. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru
diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru
karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam
arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum
diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Suasana inovatif dalam
pembelajaran dapat memunculkan suatu ide, produk, informasi teknologi,
kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang dapat
digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek
kehidupan masyarakat. Membangun metode
pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara mengakomodir setiap
karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing
orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu
dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory
atau kemampuan mendengar, dan kinestetik.
Iklim inovatif dalam pembelajaran
PAIKEM bukan hanya ditujukan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya
tetapi juga bagi guru untuk mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran
yang dia lakukan. Siswa diberikan kebebasan untuk mendapatkan ataupun
mengembangkan ide baru yang mereka miliki. Guru dapat mengadakan research
terhadap pembelajaran yang dia lakukan. Guru dapat merancang penggunaan ide-ide
baru dalam pembelajaran, mencobakan ide-ide baru tersebut, mengamati,
mengevaluasi dan menyimpulkan penggunaan ide barunya.
Kreatif
Pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan
kreativitas. Guru harus memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan
kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan
masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran.
Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri
seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis
situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya, (b) mampu memilih
strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya, (c) memonitor
keefektifan strategi tersebut, dan (d) termotivasi untuk
terlibat dalam situasi belajar sampai masalahnya terselesaikan
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan
belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang
bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAIKEM siswa banyak
bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk
menghasilkan produk belajar. Produk itu
bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik,
diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan
lain- lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa
berkembang dengan optimal.
Efektif
Ketercapaian
tujuan pembelajaran adalah indikator utama keberhasilan pembelajaran.
Pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang
dirumuskan. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan
apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika
pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Menyenangkan
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh
dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara
penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran
tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti
meningkatkan hasil belajar.
Pembelajaran
yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar
yang menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya
memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang
menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan
motivasi belajar. Siswa pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka
sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Siswa lebih berminat
jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka
dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Materi yang dipelajari dikaitkan
dengan kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka. Apalagi jika
disesuaikan dengan kebiasaan mereka belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan
ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya
juga pembelajaran konstekstual.
Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
• Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
• Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam
membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan
dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok
bagi siswa.
• Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
• Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan
interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
• Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa
dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
• Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya
guru mendesain kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di
depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam
proses belajar.
Dampak
positif dari diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa
keingintahuannya tentang sesuatu di lingkungannya. Empat pilar pendidikan yakni
learning to know (belajar untuk
mengetahui), learning to be (belajar
untuk menjadi diri sendiri), learning to
do (belajar untuk mengerjakan), dan learning
to live together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui
pembelajaran PAIKEM yang dikemas sedemikian rupa oleh guru sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM
1. Memahami
sifat dasar anak
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan
suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak
orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia, selama mereka normal
terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar
bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran
merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi
berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang
ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan
pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan
percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan
imajinasi tersebut.
2. Mengenal
perbedaan setiap anak
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan
memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individu perlu diperhatikan
dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam
kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda
sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih
dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).
Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat
kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal.
3. Memahami
anak sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung
melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam
pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak
dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak
akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk
seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun
demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat
individunya berkembang.
4. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan
memecahkan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah
sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan
pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis
untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan
masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa
ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh
karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering
mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan
yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang
dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban
betul hanya satu).
5. Mengembangkan ruang
kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan
Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari
PAIKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAIKEM, anak-anak banyak belajar melalui
bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa
tersebut sebaiknya dipamerkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik.
Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk
bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipamerkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan,
atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli,
puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa
mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan
hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM
karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.
6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang
sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media
belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam
belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas.
Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan
waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti
mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan,
berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat
gambar/diagram.
Kegiatan belajar mengajar bernuansa PAIKEM dapat digambarkan
melalui tabel berikut:
Kegiatan Guru
|
Kegiatan Belajar
Mengajar
|
1. Guru merancang dan mengelola KBM
yang mendorong siswa untuk berperan
dan berpikir aktif dalam pembelajaran.
|
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
•
Percobaan
•
Diskusi kelompok
•
Memecahkan masalah
•
Mencari informasi
•
Menulis
laporan/cerita/puisi
•
Berkunjung keluar
kelas
•
Bermain peran
|
2. Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
|
Sesuai mata pelajaran, guru dapat menggunakan:
•
Alat yang tersedia
atau yang dibuat sendiri
•
Gambar
•
Studi kasus
•
Nara sumber
•
Lingkungan
|
3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
|
Siswa:
•
Melakukan percobaan,
pengamatan, atau wawancara
•
Mengumpulkan
data/jawaban dan mengolahnya sendiri
•
Menarik kesimpulan
•
Memecahkan masalah
atau mencari rumus sendiri
•
Menulis laporan/hasil
karya lain dengan kata-kata sendiri
|
4. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya
sendiri secara lisan atau tulisan.
|
Melalui:
•
Diskusi
•
Lebih banyak
pertanyaan terbuka
•
Hasil karya yang
merupakan pemikiran anak sendiri
|
5. Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
|
•
Siswa dikelompokkan
sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
•
Bahan pelajaran
disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
•
Tugas perbaikan atau
pengayaan diberikan
|
6. Guru mengaitkan KBM dengan
pengalaman siswa sehari-hari.
|
•
Siswa menceritakan
atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
•
Siswa menerapkan hal
yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
|
7. Guru menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
|
• Guru memantau kerja siswa
• Guru memberikan umpan balik
|
BAB III. PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan tentang
profesionalisme guru dan pembelajaran PAIKEM, maka dapat disimpulkan bahwa
“pembelajaran dengan suasana aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM)
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru”.
B. Saran
1.Dinas Pendidikan
Sertifikasi guru sebaiknya
disikapi sebagai peluang untuk lebih membina dan mengembangkan kompetensi
seorang guru. Guru tidak harus sendirian dalam menangkap peluang tersebut.
Semua pemangku kepentingan pendidikan hendaknya turut mengambil posisi dalam
upaya meningkatan kompetensi guru. Upaya
tersebut harus selalu direalisasikan secara berkesinambungan, disesuaikan
dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi. Hal ini diperlukan sebagai
bentuk upaya penjaminan terhadap konsistensi profesionalisme guru.
2.Guru
Pembelajaran dengan nuansa PAIKEM
hendaknya menjadi budaya yang melekat pada diri seorang guru. Cerminan nuansa
PAIKEM dapat dituangkan dalam perencanaan, pelaksanaan/proses, evaluasi maupun
refleksi pembelajaran. Harapannya adalah dengan penerapan PAIKEM, tujuan pembelajaran
dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.
Daftar Rujukan
Colin Rose, Malcalm J Nicholl. 1997. Cara Belajar Cepat Abad XXI (Terjemahan Dedy Ahimsa). Bandung:
Nuansa.
Depdiknas. 2010. Modul
Pelatihan Praktik yang Baik #1. http://www.mgp-be.depdiknas.go.id/v.php?key=publikasi_detil&kbrt=1234850987.
Diakses pada tanggal 5 November 2010.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi Sanusi A. 2009. Inovasi:
Pengertian dan Karakteristik. http://blog.unila.ac.id/effendisanusi/?p=42.
Diakses pada tanggal 5 November 2010
Haryono. 2010. Pengembangan
Kompetensi Profesional. Makalah. Fasilitasi Teaching Clinic Pasca
Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Bidang PPTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa
Tengah.
Slameto. 2010. Pengembangan
Kompetensi Pedagogik. Makalah. Fasilitasi Teaching Clinic Pasca Sertifikasi
Guru Dalam Jabatan. Bidang PPTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar