RATRI
Karya : Arifin Oce
RATRI
BU RATRI
PAK RATRI
JOKO
RUMINAH
SATU
SUARA MUSIK MELO (PETIKAN GITAR), MENGGAMBARKAN SUASANA PERCINTAAN, PERLAHAN LAMPU MULAI MENYALA, LAMPU MEREDUP SEDIKIT TAPI TETAP MENYALA, DIIRINGI MELODI MUSIK MELO, RATRI BERDIRI DI PANGGUNG SEBELAH POJOK DEPAN. JOKO BERDIRI DIPANGGUNG SEBELAH TENGAH.
RATRI : Ketika rasa telah jauh tertanam dalam hati, kuyakini itu dengan kepasrahan.
JOKO :Dan aku akan selalu menyirami perasaan dan keyakinan itu agar selalu bersemi dan subur oleh ketulusanku.
RATRI : Jika ketulusan itu terhalang oleh tembok kesamaan dan perbedaan?
JOKO : Keadaan memang tak selalu sama, perbedaan kan selalu ada dan jalan tak semua lurus dan mulus, namun aku kan lakukan apa saja untuk mendapatkanmu atau tidak sama sekali.
RATRI : Oh.....benarkah? (Menolehkan pandangan kearah joko lalu kembali lagi) apa yang kan kau berikan padaku.
JOKO :Kesetiaan adalah yang akan kuberikan padamu Ratri.
RATRI : Memang terkdang cinta aneh dan membosankan namun tak habis kata yang berakar dari kata itu, dan ternyata aku telah terjangkit cinta itu. Sehingga aku takkan bisa menolakmu.....
JOKO : Aku akan membawamu ke pelaminan Ratri.
RATRI : Jika tak bisa kau bawa aku?
JOKO : Akan ku bawa kau ke dunia bayang-bayang.
DUA
LAMPU MENYALA. DALAM SEBUAH RUMAH SEDERHANA. DI RUANG TAMU, IBU RATRI DUDUK. BAPAK RATRI BARU PULANG DARI SAWAH.
PAK RATRI : Ratri sudah pulang bu?
BU RATRI : (Duduk di kursi meja makansambil menjahit baju) Belum pak.
PAK RATRI : Sudah dua hari ia kok belum pulang.
BU RATRI : Nanti juga pulang pak, katanya dua hari ini ia menemani temanya yang menikah.
PAK RATRI : (Berjalan mengambil sabit untuk membersihkan cangkulnya di lantai ruang tamu) Beberapa hari ini bapak selalu memikirkan Ratri bu?
BU RATRI : Ya jelas to pak, dia kan anak kita, mana mungkin ada orang tua yang tidak memikirkan anaknya.
PAK RATRI : Rupanya ia telah tumbuh dewasa.
BU RATRI : Dan tumbuh cantik tentunya.
PAK RATRI : Iya bapak tahu, namun terkadang sifat ngototnya yang tidak bisa kita kontrol ito lo bu!
BU RATRI : Wajar lah... pak, namanya saja anak muda, kalau ada keinginan pasti tidak bisa dicegah. Sebenarnya dia anak baik, penurut, santun. Namun memang ada keinginan tidak bisa di cegah.
PAK RATRI : saya kawatir kalau-kalau Ratri.....
BU RATRI : Kalau-kalau apa pak? (kaget, gugup) Bapak jangan mikir yang aneh-aneh, Ratri itu anak kita, mestinya kita do’akan agar tidak terjadi apa dengan dia.
PAK RATRI : Bu.......! ibu jangan pura-pura tidak tahu tentang masalah ini. Cepat atau lambat kita juga harus bicara tentang hal ini ada pada Ratri.
BU RATRI : Apa maksud bapak?
PAK RATRI : Sejak kecil kita besarkan Ratri dengan penuh kasih sayang, apapun yang diinginkannya sebisa mungkin kita berikan. Walau kita harus hutang sana-sini. Namun kita harus sadar siapa Ratri sebenarnya bu?
BU RATRI : Itu yang bapak maksud kawatir dan menjadi pikiran beberapa hari ini?
PAK RATRI :Ya itu yang membuat bapak tidak tenang.
BU RATRI : Ibu juga takut jika Ratri tahu kalau sebenarnya dia bukan anak kita. Bagaimana kita harus bicara padanya pak? Ibu takut kalau dia tidak bisa menerima. Ibu takut kehilangan Ratri pak!
PAK RATRI : Terima atau tidak, cepat atau lambat kita harus bicarakan hal ini dengan dia bu! Tinggal bagaimana dan kapan untuk membicarakanya diwaktu yang tepat.
BU RATRI : Sebenarnya ibu juga takut jika harus berpisah dengan anak kita, biarpun dia bukan anak kandung kita, saya sudah menganggapnya seperti anak sendiri. ( menghela nfas) ya sudah lah pak……. kita bicarakan lain kali saja, bapak makan dulu saja……ibu sudah siakan sayur lodeh sama sambel teri.
KETIKA BAPAK DAN IBU RATRI MAU MASUK, TERDENGAR SUARA ORANG MENGETUK PINTU.
RUMINAH : Kulonuwun …………Kulonuwun.
BU RATRI :(bersama menjawab) Monggo.... eh ….sampean to... Ruminah…..!
(Menoleh kearah pak Ratri)Kita kedatangan tamu istimewa pak.
PAK RATRI : (Basa-basi) Bagaimana kabare sampean mbakyu…..
BU RATRI : Pasti ada sesuatu yang penting sehingga sampean datang kesini.
RUMINAH : ya beginilah kabarnya kang baik ……ada hal penting yang harus kita bicarakan.
BU RATRI : Bagaimana kabar anakmu joko. Kelihatanya ia sudah dewasa ya…..dimana ia sekarang?
RUMINAH : Kabarnya baik, itulah yang aku ingin bicarakan dengan sampean.
PAK RATRI : Kiranya apa yang dapat kami bantu untuk meringankan sampean Ruminah. Karena kami sudah menganggap sanmpean sudah seperti saudara sendiri.
RUMINAH : Ini masalah joko dan Ratri.
PAK RATRI : (Kaget, terkejut)
IBU RATI : (Bingung, saling pandang dengan suaminya)
RUMINAH : Ya ini tentang anak kita, sejak kecil mereka berteman baik, aku pun tidak melarang mereka untuk saling bermain bersama. lambat laun mereka tumbuh dewasa, mereka pun semakin dekat. Setelah mereka sudah matang aku semakin kawatir…dengan hubungan mereka.
BU RATRI : Kami harus berbuat apa untuk bisa membuat sampean lebih tenang?
RUMINAH : (agak kawatir tapi berusaha tenang) Tiap hari yang dibicarakan joko hanya Ratri dan selau Ratri meluluk, seperti tak ada hal lain yang bisa dibicarakan selain Ratri. Tentang kebaikanya, sifatnya, kecantikanya tentang semua hal yang ia kagumi pada Ratri. Aku bangga sekaligus miris melihat hal itu. Ratri telah tumbuh dengan baik. Tapi aku kawatir kalau-kalau……kalau-kalau…….
PAK RATRI : (Berusaha menenangkan) Tenang mbakyu kita akan cari jalan keluar sama-sama.
RUMINAH : (dengan nada agak sedih) Dua Puluh tiga tahun yang lalu ketika aku melahirkan bayiku yang ke dua, bersamaan itu… suamiku mengalami kecelakaan dan meninggal. Aku bingung harus berbuat apa dan bagaimana harus merawat anakku yang baru lahir karena aku tak punya apa-apa.
PAK RATRI : Memang waktu itu kamu dalam keadaan yang sulit.
RUMINAH : Saya berterima kasih pada kalian yang mau merawat dan mendidik Ratri dengan sangat baik. Saya tidak tahu apa jadinya kalau tidak ada kalian yang mau merawatnya.
PAK RATRI : Kami sudah menganggapnya sudah seperti anak kami sendiri.
RUMINAH : Beberapa hari terahir Joko selalu mengarahkan pembicaraan tentang Ratri. Saya melihat ada keinginan Joko untuk melamar Ratri.
BU RATRI : Apa………. (kaget, terkejut ) Joko ingin melamar Ratri……oh…tidak……tidak……..(Takut, gelisah, dengan memegang dada berbicara dengan iba) mana mungkin kakak dan adik menikah, ini tidak bisa dibiarkan. (Terjatuh, da berbicara dengan tersendat-sendat) Apa kata orang jika ada saudara kandung menikah dengan saudaranya sendiri. Ini sungguh dosa besar jika kita membiarkanya…..
PAK RATRI : (Menolong istrinya yang jatuh) Tenang……bu tenang……. Ibu harus jaga kesehatan, nanti sakit jantung ibu, tambah parah. Semua pasti ada jalanya.
RUMINAH : Iya mbakyu semua harus sabar pasti nanti ada jalan keluarya.semua kita pikirkan sama-sama.
PAK RATRI : lebih baik kita bawa ke puskesmas dulu untuk cek kesehatanya.
RUMINAH : Iya kang ayo (membawa keluar panggung)
TIGA
LAMPU PELAHAN PADAM, KEMUDIAN LAMPU MENYALA, RATRI MASUK.
RATRI : Bu....Pak....Ratri pulang, (bicara sendiri) dimana ya bapak sama ibu ..(menaruh tas dan duduk di kursi dengan raut kelelahan sambil melamun) Ah.....capek bener dua hari ini menemani orang nikah, em…….enak tidak ya orang nikah, duduk berdua di pelaminan seperti raja dan permaisuri, tamu-tamu layaknya prajurit di sebuah istana, (tersenyum) mas joko-mas joko..kapan kau melamarku, ingin sekali aku cepat-cepat melahirkan anak-anakmu……..(sambil tersenyum sendiri)
JOKO : Kulonuwun…..
RATRI : Eh…mas Joko (salah tingkah) kenapa tidak memberitahu dulu kalau mau kesini.
JOKO : Sengaja aku tidak blang dulu. Aku mau ngasih kejutan sama kamu.
RATRI : Menarik juga, dalam rangka apa mas joko kok tiba-tiba ngasih kejutan?
JOKO : Tidak dalam rangka apa-apa, aku datang kesini kusus untuk kamu, karana selalu saja kau yang muncul dalam bebenakku.
RATRI : Ah….gombal (sambil bertingkah malu-malu)
JOKO : Tidak Ratri aku beneran.
RATRI : Biasanya laki-laki memang suka begitu kan!
JOKO : Kalau semua laki-laki memang penggombal, aku terkecuali diantaranya Ratri.
RATRI : Lalu kejutan apa yang kau maksud itu mas?
JOKO : Sebelumnya mas joko minta Ratri tutup mata dan berbalik ke belakang.
RATRI : (agak bingung tapi menuruti apa yang diminta joko)
JOKO : (berlutut lalau menegeluarakan sesuatu dari sakunya) Nah… sekarang kau boleh berbalik.
RATRI : (terkejut, kaget,)
JOKO : Ratri, sudah lama aku menantikan saat-saat ini, karena rasa sayangku aku tak bisa memilih wanita selain kamu. Maukah kau menikah denganku Ratri.
RATRI : (terdiam agak lama) Semua orang pasti ingin menikah dengan orang yang dicintai (terdiam kembali) dan untuk pinanganmu padaku, rasanya tak ada alasan untuk aku menolak. Karena kaulah orang yang aku sayangi itu….
JOKO : (penasaran) Jadi kau terima pinanganku Ratri?
RATRI : (mengangguk)
JOKO : (Jingkrak-jingkrak, melonjak-lonjak, ekspresi kebahagiaan yang tak ter terahankan) yes…….. hore…….yah……asik…. aku diterima ratri , aku akan menikah dengan ratri.
RATRI : (hanya trsenyum melihat kelakuan joko)
RUMINAH, IBU DAN BAPAK RATRI MASUK. JOKO TERUS BERJINGKRAK-JINGRAK.
PAK RATRI : Sebaiknya ibu banyak-banyak istirahat, jangan mikir yang berat-barat dulu….
BU RATRI : Iya..pak.
RUMINAH : Joko apa yang kamu lakukan disini?
JOKO : Ibu..
RATRI : Ibu kenapa?
RUMINAH : Ibumu habis dari puskemas sakitnya kambuh lagi. Tapi tidak apa-apa cuma ringan.
RATRI : Ibu tidak apa-apa kan
JOKO : Ah……..Kebetulan semua ada disini, joko dan Ratri ingin mengatakan sesuatu yang menggembirakan pada bapak dan ibu?
PAK RATRI : Hal yang menggembirakan? apa yang kalian ingin katakan?
JOKO : Sini Ratri (Ratri mendengat kearah Joko) bengini pak, kami minta doa restu bapak dan ibu…..(terdiam, Ratri dan Joko saling memandang)
PAK RATRI : Do’a restu untuk apa….?
JOKO : kami saling mencintai dan kami ingin menikah.
RUMINAH : (teriak) Apa….! kalian ingin menikah?
RATRI : Iya kami memutuskan ingin saling menikah.
RUMINAH : Apa ibu tidak salah dengar?
RATRI : Sebisa mungkin Ratri akan menjadi istri mas Joko yang baik.
RUMINAH : Tidak ….tidak pokoknya tidak boleh, kalian menikah.
JOKO : Tidak boleh kenapa bu? Saya sayang sama Ratri , begitu juga Ratri.
RUMINAH : Ini bukan masalah sayang atau tidak joko ? ini masalah….
JOKO : Masalah apa …masalah penaggalan jawa yang kurang cocok?
RUMINAH : Tidak, bukan itu anakku(panik berjalan ke pojok depan panggung)
JOKO : Masalah harta?
RUMINAH : Juga bukan itu. Yang pasti pernikahan in tiodak beleh dilakukan.
JOKO : (agak memaksa) Lalu apa bu….. apa alasanya?
PAK RATRI : Joko mungkin Ratri bukan jodohmu?
RATRI : Kenapa bapak ikut-ikutan melara
(menangis) Sudahlah….sudah.
(menangis) Sudahlah….sudah.
JOKO : (tegang, dengan nada tinggi) Pokoknya aku harus menikah dengan Ratri. Biar apapun yang menghalangi, aku akan tetap menikahi Ratri.
RUMINAH : (berteriak, dengan nada tinggis sambil menagis) bagaimana kami harus membe restu pada kalian. Jika kalian itu saudara kandung!
JOKO : Apa …saudara ….kandung….. (semua diam) pasti ibu bohong….pasti ini salah
RATRI : Tidak mungkin…pasti kalian mereka-reka sendiri cerita ini agar kami tidak menikah
IBU RATRI : kalian memang saudara kandung, Ratri adik kandungmu Joko , saat Ratri lahir ayahmu mengalami kecelakaan, ibu tak tahu harus berbuat apa. Waktu ITU kau masih kecil dan tak tahu apa-apa joko. Ibu memutuskan meminta teman baik ibu untuk merawat kamu Ratri, karena ia tidak punya anak. orang itu adalah yang kau anggap ayah dan ibu selama ini Ratri.
JOKO : Bohong…. Pasti….semua ini bohong, tak mungkin Ratri adalah adik kandungku,(Tertawa) Ratri adik kandungku (Bertingkah gila)
(tertawa) hore…hore joko sebentar lagi mau nikah sama Ratri…..(tertawa, menangis, berteriak)
RATRI : (Menangis kasihan) Apa yang kau lakukan mas?
JOKO : Eh…… kamu siapa enak saja …jangan ganggu aku, akau mau nikah sama Ratri. Ratri dimana kau (Berlari keliling panggung) Ratri…Ratri nanti setelah nikah kita main kuda-kudaan yuk …(Tertawa) kamu jadi joki nya aku kudanya aku jadi jokinya (Tertawa gila seperti anak kecil) eh salah ……aku jadi jokinya kamu jadi kudanya………..(nagis) ratri dimana kau ………berlari keluar panggung.
RUMINAH : Joko…..Joko…….kau mau kemana anakku…….(Berlari mengikuti sambil menangis) Joko…..
RATRI :Mas tunggu…mas ……mas Joko (Ingin mengikuti joko)
PAK RATRI :(Mencegah, memegang tangan Ratri) sudahlah ratri…
RATRI : Tidak ….tidak…..(Sambil menagis) aku akan mengejar mas joko….ku. lepaskan tanganku …lepaskan…lepaskan (menghantam kepala ayahnya dengan cangkul yang berada di lantai)
BU RATRI : Bapak…..pak (Menagis, memangku suaminya)
RATRI : (Ketika Ratri mau keluar ia menengok ke belakang, melihat ayahnya yang berlumuran darah) ah …bapak bapak kenapa? Pak…….(Menjerit)
BU RATRI : Kau membunuhnya Ratri, kau…kau…….(Mati memegang dadanya karena serangan jantung) Akh…….
RATRI : (Mendekati bapak dan ibunya yang telah mati) pak…..! bu….! Bapak ……ibu…….
Akh………………! (Terdiam beberapa saat, lalu tertawa, terdiam lama )bapak kita besok pergi jalan-jalan ya (menagis) tapi ratri takut kalau di godain crang-orang bu…….! (teriak) hore……..emmmmmm kalau ratri udah gede mau jadi pilot terbang kemana….mana………(menangis, dan bertingkah seperti anak kecil)
MUSIK SEDIH, LAGU SEDIH, LAMPU AGAK MEREDUP, RUMINAH MASUK MENGGANDENG JOKO.
RUMINAH : Ratri….kang, mbakyu……..(Menangis merangkul joko dan Ratri yang telah gila)
LAMPU SEMAKIN MEREDUP, MUSIK DAN LAGU SEDIH SEMAKIN KERAS.
SELESAI
Semarang, 19O911
Biodata
Lahir di Grobogan, 28 Agustus 1988. Mempunyai nama asli Zainal Arifin. Namun akrab dipanggil dengan sebutan Arifin Oce. Mengambil study pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Perguruan Tinggi IKIP PGRI Semarang. Aktif di Teater Gema sejak tahun 2010. Dan sejak itu pula mulai aktif dengan hobi menulis. Baik menulis naskah draa maupun artikel-artikel pementasan. Naskah yang pernah di pentaskan bersama Teater Gema antara lain. Pagi Bening, Ronda 2, Guru Semar. Mempunyai hobii membaca novel, kususnya karya-karya Habiburrahman El Siyrezy dan Andrea Hirata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar