Melihat Sosok linda Wijayanti Sebagai ketua Gema dan Festival
Sosok linda Wijayanti memang patut untuk diapersiasi dalam keikut sertaanya menjadi salah satu anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Teater Gema IKIP PGRI Semarang. Dalam sejarah perjalanan Teater Gema, ia pernah mengisi posisi ketua periode 2009/2010 dan ketua Festival Drama Pelajar SMA/SMK sederajat Tingkat Jawa Tengah tahun 2011. Ia memanjangkan daftar nama sejarah ketua teater gema, yang sekarang diabadikan lewat poster yang menghiasi dinding sanggar Gema yang terletak di PKM lantai dasar. Meskipun seorang wanita, ia mau dan mampu menjalakan posisi central tersebut dengan penuh loyalitas, dedikasi dan tanggung jawab.
Memang dalam tubuh Teater Gema tak ada perbedaan antara junior maupun senior, semua adalah saudara. Namun secara struktural alumni MAN Kendal tersebut, berperan menjadi komando utama perjalanan teater gema selama satu tahun. Baik dari segi teknis maupun non teknis, dan semua hal yang berkaitan dengan Teater Gema.
Linda W mantan ketua Teater Gema 2009/2010 dan ketua FDPJT 2011.
”Memang beban menjadi ketua itu tidak ringan, apalagi Teater Gema, sebagai salah satu UKM terbesar dikampus IKIP PGRI Semarang. Namun saya merasakan semua menjadi lebih ringan jika dijalani dengan senang hati dan penuh kesadaran. Apalagi diantara saudara Teater Gema selalau cinta. Semua permasalahan tidak saya tangani sendiri. Karena saya tidak sendirian disini. Hal itu yang membuat saya, dengan dibantu saudara yang lain, menjalankan amanah secara maksimal hingga ahir periode.” Ujar linda ketika ditemui di sanggar, jum’at (15/7).
lebih lanjut Linda Wijayanti mengatakan,“menjadi ketua umum Gema dan ketua panitia festival, sebenarnya tidak ada bedanya, sama-sama membutuhkan loyalitas dan dedikasi setiap anggota. Tak ada yang sulit jika kordinasi dan persiapanya direncanakan sejak dini. Karena itulah yang terpenting dalam setiap kegiatan apapun. Namun jika disuruh membedakan mana yang paling berat, antara ketua Teater Gema dengan ketua panitia festival, menurut saya ketua Festivallah yang terasa sedikit lebih berat. Karena dalam pelaksanaaya panitia harus berhadapan langsung dengan fihak luar, seperti opening, closing, teknisi, peserta, juri, sumber pendanaan, maupunun hubungan dengan lembaga. Dan yang terpenting adalah LPJ setelah festival usai. Disamping itu tenaga panitia terkuras habis dalam waktu seminggu pelaksanaan festival. Jadi saya berharap jika saudara yang lain menjadi ketua bfestival, sekitar Lima bulan sebelumnya harus sudah punya persiapan dan gambaran tentang konsep acara. Jika tidak ingin ketika acara festival itu rancu.”
“Saya katakan menjadi ketua festival sedikit lebih berat,lanjutnya; bukan berarti menjadi ketua Gema itu ringan, ketua Teater Gema pun sebenarnya juga tidak mudah. Dalam satu periode harus selalu merapatkan barisan serta menjalin rasa selalu ada cinta diantara para anggota yang lain agar dedikasi dan loyalitas setiap anggota tetap terjaga dengan baik. Hal itulah yang menjadi pondasi yang membuat teater gema eksis sampai sekarang ini. Jika hal itu sudah keropos, maka Gema layaknya sebuah bom waktu yang setiap saat bisa meledak dan hancur berkeping-keping. Secara structural ketua Gema dibantu oleh tiap PJ atau seksi yang bertanggung jawab pada bidangnya masing-masing. Jadi Itu yang saya maksudkan ketua Gema sedikit lebih ringan”Tegasnya.
Ketika ditanya tentang perbandingan antara periode sekarang dengan era ketika ia menjdi ketua, mahasiswa bahasa Inggris tersebut menjelaskan, sekarang Teater Gema menjadi lebih baik dibandingkan era saya dulu. Arsip, dokumen maupun surat-surat administrasi, diarsipkan dengan baik. Sehingga sewaktu-waktu dibutuhkan bisa langsung ditemukan. Selain itu sekarang juga diadakan pelatihan bagi tiap anggota untuk lebih memperdalam bidang yang ingin ditekuni, melalui pelatihan SDM. Hal ini menunjukkan keseriusan ketua yang sekarang untuk menciptakan proses regenerasi agar melahirkan bibit-bibit yang berkwalitas untuk memeruskan perjuangan Gema di masa yang akan datang.
Namun Ada hal lain yang kurang diperhatikan dari periode sekarang ini. Tentang rapat pelaksanaan program kerja selama satu tahun yang semestinya harus disampaikan, belum juga dilaksanakan. Hal itu semestinya perlu ketika sudah dilantik menjadi ketua. Menyampaikan program kerja satu tahun, agar setiap anggota tahu program yang akan dilakukan pada setiap bulanya.
Priyoritas dalam perencanaan program kerja juga perlu. Seperti dalam satu tahun ingin mengadakan 12 agenda. 12 agenda tersebut yang menjadi prioritas, jika ditengah jalan ada tambahan kegiatan, diikutkan tidak apa-apa malah akan lebih baik. Jadi konsep selama satu tahun itu jelas. Dari setiap kegiatan inti maupun tambahan bisa dipersiapkan dengan matang. (Arifin Oce)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar