Halaman

Kamis, 20 Desember 2012

PAIKEM SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI MEWUJUDKAN PROFESIONALISME GURU


PAIKEM SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI MEWUJUDKAN PROFESIONALISME GURU

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Citra dan martabat guru sebagai tenaga profesional di masyarakat telah diupayakan oleh pemerintah. Pengakuan terhadap jabatan guru sebagai jabatan profesional telah dituangkan dalam peraturan pemerintah nomor 74 tahun 2008. Salah satu bentuk nyata pengakuan profesi guru adalah dengan diterbitkannya sertifikat pendidik yang menyatakan seseorang telah LULUS sertifikasi guru dalam jabatan dan dinyatakan sebagai GURU PROFESIONAL.
Sertifikasi guru bukan semata-mata untuk mendapatkan tunjangan profesi, tetapi mengandung konsekuensi adanya pemenuhan kemampuan yang dituntut. Pengakuan terhadap profesionalisme guru pada hakikatnya adalah untuk menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah memiliki kompetensi sebagaimana disyaratkan dalam standar kompetensi guru. Seorang guru yang telah tersertifikasi, diasumsikan telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi selaku tenaga pendidik. Kompetensi yang dimaksudkan adalah kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Isu yang berkembang dan menjadi sorotan masyarakat adalah bahwa kualifikasi guru sebagai tenaga profesional sulit dipertanggungjawabkan dalam jangka waktu yang panjang. Bukti sertifikasi hanya menunjukkan keadaan kualitas sumber daya guru pada saat diadakan uji sertifikasi. Pengakuan terhadap profesionalisme guru semestinya menjadi langkah awal untuk selalu meningkatan kompetensi guru sepanjang masa. Untuk mewujudkan upaya peningkatan kompetensi guru, diperlukan kemauan diri dan komitmen secara terus-menerus.
Predikat profesional bagi seorang guru erat kaitannya dengan proses pembelajaran. Dalam menjalankan tugasnya, guru hendaknya selalu mengupayakan optimalisasi ketercapaian hasil belajar. Penggunaan model pembelajaran konvensional telah diakui tidak dapat memberikan suasana belajar yang menarik. Pembelajaran cenderung terpusat pada kegiatan guru. Guru dituntut untuk melaksanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pembelajaran yang saat ini dikembangkan dan banyak dikenalkan ke seluruh pelosok tanah air adalah Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau disingkat dengan PAKEM. Disebut demikian karena pembelajaran ini dirancang agar mengaktifkan anak, mengembangkan kreativitas sehingga efektif namun tetap menyenangkan. Belakangan ditambahkan unsur inovatif di dalamnya, sehingga terdapat istilah PAIKEM yaitu singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.

B. Permasalahan
Permasalahan yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah apakah Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan profesionalsme guru?.

BAB II. PEMBAHASAN
A. Profesi dan Profesionalisme Guru
Dikemukakan oleh Vollmer & Mills (dalam Slameto 2010), profesi menunjuk kepada suatu kelompok pekerjaan dari jenis yang ideal, yang sesungguhnya tidak ada di dalam kenyataan atau tidak pernah akan tercapai, akan tetapi menyediakan suatu model status pekerjaan yang bisa diperoleh, bila pekerjaan itu telah mencapai profesionalisasi secara utuh. Istilah profesional sering diartikan sebagai suatu sifat yang ditampilkan oleh seorang yang menyandang suatu profesi. Implikasinya dikaitkan dengan kebutuhan hidupnya. Dalam UU No. 14 tahun 2005, kata profesional diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.
Profesionalisme berasal dari kata bahasa Inggris professionalism yang berarti sifat profesional. Profesionalisasi merupakan proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh profesinya itu. Profesionalisasi mengandung makna dua dimensi utama, yaitu peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis. Peningkatan status dan peningkatan kemampuan praktis ini harus sejalan dengan tuntutan tugas yang diemban sebagai guru.
Sebagi tenaga profesional, guru dituntut memvalidasi ilmunya, baik melalui belajar sendiri maupun melalui program pembinaan dan pengembangan yang dilembagakan oleh pemerintah atau masyarakat. Pembinaan merupakan upaya peningkatan profesionalisme guru yang dapat dilakukan melalui kegiatan seminar, pelatihan, dan pendidikan. Pembinaan guru dilakukan dalam kerangka pembinaan profesi dan karier. Pembinaan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Pembinaan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi.

Syarat Suatu Profesi
1.  Melibatkan kegiatan intelektual.
2.  Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
3.  Memerlukan persiapan profesional yang alami dan bukan sekedar latihan.
4.  Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
5.  Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
6.  Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7.  Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8.  Menentukan baku standarnya sendiri, dalam hal ini adalah kode etik.
Guru profesional memiliki kemampuan mengorganisasikan lingkungan belajar yang produktif. Kata “profesi” secara terminologi diartikan suatu pekerjaan yang mempersyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya dengan titik tekan pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kamampuan mental yang dimaksudkan di sini adalah ada persyaratan pengetahuan teoritis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.

B. Pembelajaran PAIKEM
Ide tentang pembelajaran PAIKEM berawal dari kenyataan bahwa salah satu unsur penentu ketercapaian hasil belajar dari suatu sistem pendidikan adalah proses pembelajaran. Pembelajaran yang baik cenderung menghasilkan lulusan dengan hasil belajar yang baik pula. Demikian pula sebaliknya. Di sisi lain, hasil belajar pada pendidikan di Indonesia masih dipandang kurang baik. Sebagian besar siswa belum mampu menggapai potensi ideal/optimal yang dimilikinya. Oleh karena itu, perlu ada perubahan proses pembelajaran dari kebiasaan yang sudah berlangsung selama ini.
Perkembangan ide-ide tentang pembelajaran dan perkembangan teknologi (baik hardware atau software) yang sangat pesat berpengaruh terhadap perubahan budaya belajar. Aktivitas pembelajaran jadi berbeda. Pola pembelajaran konvensional telah bergeser dari teacher oriented  ke student oriented. Media yang digunakan menjadi lebih luas dan tidak lagi terbatas hanya pada guru atau pendidik saja, tapi segala hal yang dapat mengantarkan atau memuat pesan pembelajaran bisa disebut sebagai media pembelajaran. Karena pada tahap ini, pengajaran sudah beralih menjadi pembelajaran.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan dan ke­bersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipaha­mi karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peraga­an, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak ter­libat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak me­nemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam kegiatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946) menunjukkan macam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang ber­gantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstra­kan paling tinggi dan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
Bagan berikut menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dan tingkat pemahaman yang diperoleh dalam pembelajaran.

Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut:
     saya dengar, saya lupa
     saya lihat, saya ingat
     saya kerjakan, saya pahami
Selanjutnya Melvin L Silberman, penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:
     saya dengar, saya lupa.
     saya dengar dan lihat, saya ingat.
     saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami
     Dari yang saya dengarkan, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengetahuan dan keterampilan.
     Dari yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.
Sesuai dengan huruf-huruf penyusun istilah PAIKEM, pembelajaran PAIKEM adalah salah satu contoh pembelajaran inovatif yang memiliki karakteristik aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Aktif
Belajar merupakan proses aktif dari pembelajar dalam merangkai pengalaman untuk memperoleh pemahaman baru. Siswa aktif terlibat didalam proses belajar mengkonstruksi sendiri pemahamannya. Teori belajar konstruktivisme merupakan titik berangkat pembelajaran ini. Atas dasar itu pembelajaran ini secara sengaja dirancang agar mengaktifkan anak. Dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktekkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar merupakan proses aktif dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.

Inovatif
Menurut etimologi, inovasi berasal dari kata innovation yang bermakna ‘pembaharuan; perubahan (secara) baru’. Inovasi adakalanya diartikan sebagai penemuan (Effendi Sanusi A. 2009).  Inovasi adalah suatu ide, produk, metode, dan seterusnya yang dirasakan sebagai sesuatu yang baru, baik berupa hasil diskoveri atau invensi yang digunakan untuk tujuan tertentu. Pengertian baru di sini, mengandung makna bukan sekadar baru diketahui oleh pikiran (cognitive), melainkan juga baru karena belum dapat diterima secara luas oleh seluruh warga masyarakat dalam arti sikap (attitude) dan juga baru dalam pengertian belum diterima dan diterapkan oleh seluruh warga masyarakat setempat.
Suasana inovatif  dalam pembelajaran dapat memunculkan suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai, dan praktik-praktik baru yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan masyarakat. Membangun metode pembelajaran inovatif sendiri bisa dilakukan dengan cara mengakomodir setiap karakteristik diri. Artinya mengukur daya kemampuan serap ilmu masing-masing orang. Contohnya saja sebagian orang ada yang berkemampuan dalam menyerap ilmu dengan menggunakan visual atau mengandalkan kemampuan penglihatan, auditory atau kemampuan mendengar, dan kinestetik.
Iklim inovatif dalam pembelajaran PAIKEM bukan hanya ditujukan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuannya tetapi juga bagi guru untuk mengadakan penelitian terhadap proses pembelajaran yang dia lakukan. Siswa diberikan kebebasan untuk mendapatkan ataupun mengembangkan ide baru yang mereka miliki. Guru dapat mengadakan research terhadap pembelajaran yang dia lakukan. Guru dapat merancang penggunaan ide-ide baru dalam pembelajaran, mencobakan ide-ide baru tersebut, mengamati, mengevaluasi dan menyimpulkan penggunaan ide barunya.

Kreatif
Pembelajaran PAKEM juga dirancang untuk mampu mengembangkan kreativitas. Guru harus memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, inisiatif, dan kreativitas serta kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologisnya. Kemandirian dan kemampuan pemecahan masalah merupakan tujuan yang ingin dicapai oleh semua bentuk pembelajaran. Dengan dua bekal itu setiap orang akan mampu belajar sepanjang hidupnya. Ciri seorang pebelajar yang mandiri adalah: (a) mampu secara cermat mendiagnosis situasi pembelajaran tertentu yang sedang dihadapinya, (b) mampu memilih strategi belajar tertentu untuk menyelesaikan masalah belajarnya, (c) memonitor keefektifan strategi tersebut, dan (d) termotivasi untuk terlibat dalam situasi belajar sampai masalahnya terselesaikan
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kre­atif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAIKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar.  Produk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain- lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal.

Efektif
Ketercapaian tujuan pembelajaran adalah indikator utama keberhasilan pembelajaran. Pembelajaran harus dilakukan sedemikian rupa untuk mencapai hasil belajar yang dirumuskan. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Menyenangkan
            Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembelajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar.
Pembelajaran yang dilaksanakan haruslah dilakukan dengan tetap memperhatikan suasana belajar yang menyenangkan. Seseorang yang secara aktif mengkonstruksi pengetahuannya memerlukan dukungan suasana dan fasilitas belajar yang maksimal. Suasana yang menyenangkan dan tidak diikuti suasana tegang sangat baik untuk membangkitkan motivasi belajar. Siswa pada dasarnya belajar paling efektif pada saat mereka sedang bermain atau melakukan sesuatu yang mengasyikkan. Siswa lebih berminat jika topik yang dibahas sedapat mungkin dihubungkan dengan pengalaman mereka dan disesuaikan dengan alam berpikir mereka. Materi yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan disesuaikan dengan dunia mereka. Apalagi jika disesuaikan dengan kebiasaan mereka belajar. Ciri yang terakhir ini merupakan ciri pembelajaran kontekstual. Dengan demikian pembelajaran PAKEM sebenarnya juga pembelajaran konstekstual.

Secara garis besar, PAIKEM dapat digambarkan sebagai berikut:
     Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
     Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkitkan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa.
     Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’.
     Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
     Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
     Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mendesain kegiatan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Selama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses belajar.
Dampak positif dari diterapkannya model PAIKEM yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu di lingkungannya. Empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), learning to do (belajar untuk mengerjakan), dan learning to live together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran PAIKEM yang dikemas sedemikian rupa oleh guru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan PAIKEM

1. Memahami sifat dasar anak
Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia, selama mereka normal terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.

2. Mengenal perbedaan setiap anak
Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbeda. Dalam PAIKEM perbedaan individu perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu mengerjakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal.

3. Memahami anak sebagai makhluk sosial
Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorganisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak dapat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelompok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara perorangan agar bakat individunya berkembang.

4.    Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pemecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika…” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
5.    Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang menyenangkan

Ruang kelas yang menyenangkan merupakan unsur tak terpisahkan dari PAIKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAIKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasilkan produk. Hasil pekerjaan siswa tersebut sebaiknya dipamerkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain.
Yang dipamerkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika membahas suatu masalah.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.

Kegiatan belajar mengajar bernuansa PAIKEM dapat digambarkan melalui tabel berikut:
Kegiatan Guru
Kegiatan Belajar Mengajar
1.  Guru merancang dan mengelola KBM  yang mendorong siswa untuk berperan  dan berpikir aktif dalam pembelajaran.
Guru melaksanakan berbagai KBM seperti:
     Percobaan
     Diskusi kelompok
     Memecahkan masalah
     Mencari informasi
     Menulis laporan/cerita/puisi
     Berkunjung keluar kelas
     Bermain peran
2.  Guru menggunakan alat bantu dan sumber belajar yang beragam.
Sesuai mata pelajaran, guru dapat  menggunakan:
     Alat yang tersedia atau yang dibuat sendiri
     Gambar
     Studi kasus
     Nara sumber
     Lingkungan
3.  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan.
Siswa:
     Melakukan percobaan, pengamatan, atau wawancara
     Mengumpulkan data/jawaban dan mengolahnya sendiri
     Menarik kesimpulan
     Memecahkan masalah atau mencari rumus sendiri
     Menulis laporan/hasil karya lain dengan kata-kata sendiri
4.  Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasannya sendiri secara lisan atau tulisan.
Melalui:
     Diskusi
     Lebih banyak pertanyaan terbuka
     Hasil karya yang merupakan pemikiran anak sendiri
5.  Guru menyesuaikan bahan dan kegiatan belajar dengan kemampuan siswa.
     Siswa dikelompokkan sesuai dengan kemampuan (untuk kegiatan tertentu)
     Bahan pelajaran disesuaikan dengan kemampuan kelompok tersebut
     Tugas perbaikan atau pengayaan diberikan
6.  Guru mengaitkan KBM dengan  pengalaman siswa sehari-hari.
     Siswa menceritakan atau memanfaatkan pengalamannya sendiri
     Siswa menerapkan hal yang dipelajari dalam kegiatan sehari-hari
7.  Guru menilai KBM dan kemajuan belajar siswa secara terus menerus.
•    Guru memantau kerja siswa
•    Guru memberikan umpan balik

BAB III. PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan tentang profesionalisme guru dan pembelajaran PAIKEM, maka dapat disimpulkan bahwa “pembelajaran dengan suasana aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan (PAIKEM) dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan profesionalisme guru”.

B. Saran
1.Dinas Pendidikan
Sertifikasi guru sebaiknya disikapi sebagai peluang untuk lebih membina dan mengembangkan kompetensi seorang guru. Guru tidak harus sendirian dalam menangkap peluang tersebut. Semua pemangku kepentingan pendidikan hendaknya turut mengambil posisi dalam upaya  meningkatan kompetensi guru. Upaya tersebut harus selalu direalisasikan secara berkesinambungan, disesuaikan dengan perkembangan Ilmu pengetahuan, teknologi. Hal ini diperlukan sebagai bentuk upaya penjaminan terhadap konsistensi profesionalisme guru.

2.Guru
Pembelajaran dengan nuansa PAIKEM hendaknya menjadi budaya yang melekat pada diri seorang guru. Cerminan nuansa PAIKEM dapat dituangkan dalam perencanaan, pelaksanaan/proses, evaluasi maupun refleksi pembelajaran. Harapannya adalah dengan penerapan PAIKEM, tujuan pembelajaran dapat tercapai sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.



Daftar Rujukan
Colin Rose, Malcalm J Nicholl. 1997. Cara Belajar Cepat Abad XXI (Terjemahan Dedy Ahimsa). Bandung: Nuansa.
Depdiknas. 2010. Modul Pelatihan Praktik yang Baik #1. http://www.mgp-be.depdiknas.go.id/v.php?key=publikasi_detil&kbrt=1234850987. Diakses pada tanggal 5 November 2010.
Dimyati, Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Effendi Sanusi A. 2009. Inovasi: Pengertian dan Karakteristik. http://blog.unila.ac.id/effendisanusi/?p=42. Diakses pada tanggal 5 November 2010
Haryono. 2010. Pengembangan Kompetensi Profesional. Makalah. Fasilitasi Teaching Clinic Pasca Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Bidang PPTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.
Slameto. 2010. Pengembangan Kompetensi Pedagogik. Makalah. Fasilitasi Teaching Clinic Pasca Sertifikasi Guru Dalam Jabatan. Bidang PPTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar